BERITA

Kritik Wacana Darurat Sipil, Rektor ITBAD: Rakyat Butuh Makan!

MONITOR, Jakarta – Wacana darurat sipil yang akan diberlakukan oleh pemerintah dalam menghadapi wabah Covid-19 menuai berbagai kritik. Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD), Mukhaer Pakkanna, menilai keputusan tersebut merupakan suatu langkah yang kebablasan.

Mukhaer menjelaskan, status darurat sipil hanya bisa diterapkan dalam kondisi ketertiban dan keamanan negara tidak terkendali.

“Saya kira saat ini di tengah wabah masif ini negara masih aman dan stabil. Maka langkah karantina wilayah atau pembatasan sosial masih jauh lebih tepat. Saya khawatir aparat keamanan terutama TNI akan bertindak represif,” ujar Mukhaer dalam keterangannya, Rabu (1/4).

Lebih lanjut ia menegaskan, masyarakat saat ini sudah sadar tentang arti pentingnya dampak wabah Covid-19 ini. Mereka sudah siap jika ruang geraknya dibatasi dalam konteks social distancing atau physical distancing.

“Yang dibutuhkan rakyat adalah bagaimana melanjutkan denyut nadi kehidupannya. Bagaimana agar asap dapur tetap mengepul. Karena itu, pemerintah melalui aparat dan regulasi yang dibuat menjamin ketersediaan pangan dan sembako selama masa karantina. Libatkan perangkat RT, RW, Desa, kelurahan dan dikoordinir oleh Pemda,” jelasnya.

Mukhaer pun menjelaskan Pemerintah tidak boleh lepas tangan untuk memproteksi atau melindungi rakyatnya. Pemerintah sudah punya database tentang rakyat yang perlu dibantu. Pihak mana saja yang perlu diberikan stimulasi untuk menggerakkan ekonomi keluarga dan negara. Jangan sampai dalam masa karantina wilayah, rakyat mati kelaparan.

“Ini tanggungjawab sosial kita semua. Tentu masyarakat sipil dan terutama orang-orang kaya yang selama ini hidup dan menikmati usaha di Tanah Air, jangan lupa kacang dari kulitnya. Mereka harus punya rasa nasionalisme di tengah masyarakat sedang kritis. Mereka jangan banyak buat dalih untuk mempertahankan egoismenya,” terang Mukhaer.

Ia menekankan, bahwa karantina wilayah adalah langkah yang tepat. Darurat sipil harus dicabut karena membahayakan nasib rakyat.

“jika tidak dicabut, suasana akan makin mencekam. Yang bukan tidak mungkin suasana social disorder akan meletus. Rakyat hanya butuh keberlanjutan pangan dan sembako,” pungkasnya.

Recent Posts

DPR Kawal RUU KUHAP, Beri Kepastian Hukum Acara Pidana

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Gilang Dhielafararez, menekankan pentingnya percepatan penyelesaian revisi…

4 jam yang lalu

Kemenag dan Kemenperin Kerja Sama Perkuat Pengawasan dan Sertifikasi Produk Halal

MONITOR, Jakarta - Direktur Jaminan Produk Halal (JPH) Kementerian Agama, Muhammad Fuad Nasar, menegaskan komitmennya…

6 jam yang lalu

Ribuan Guru Ikuti Uji Pengetahuan PPG Mapel Umum 2025

MONITOR, Jakarta - Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menyelenggarakan Uji…

12 jam yang lalu

Kemenperin Tegaskan Pentingnya Transparansi dan Konsistensi Industri Tekstil Nasional

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan pentingnya transparansi, kepatuhan administratif, serta konsistensi strategi bagi…

19 jam yang lalu

Pembahasan RUU Haji Perlu Segera Disahkan di Paripurna DPR

MONITOR, Jakarta - Menanggapi pembahasan RUU Haji, Pakar Hukum Unusia, Erfandi menyatakan bahwa pembahsan revisi…

21 jam yang lalu

Prediksi Susunan Pemain Persija vs Malut United, Belum Terkalahkan!

MONITOR, Jakarta - Persija Jakarta bakal menjamu Malut United pada pekan ketiga Super League 2025/2026. Laga…

22 jam yang lalu