Rabu, 8 Mei, 2024

Komunitas Masyarakat Penyokong Kemerdekaan Belajar

*Oleh: Apridhon Rusadi

Peran kelompok masyarakat penyangga pendidikan jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan Indonesia sudah terlihat. Pada awal munculnya gerakan kebangkitan bangsa, kita banyak mengenal sekolah-sekolah yang lahir dari peran serta, dan kontribusi dari organisasi kemasyarakatan. Diantaranya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ikut mengiringi kelahirannya, yang tertua ialah Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta, Muallimin Muhammadiyah, Solo dan Jakarta, Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta, Zu’ama/ Za’imat Yogyakarta, Kuliah Muballighin/ Muballighat, Padang Panjang, Tabligh School Yogyakarta, H.I.K Muhammadiyah Yogyakarta, dan masih banyak lagi.

Kita juga mengenal Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Taman Siswa berdiri karena kegelisahannya, melihat kondisi pendidikan di Hindia Belanda yang saat itu sangat diskriminatif. Hal demikian juga dilakukan Ormas Nahdlatul ‘Ulama (NU), yang memiliki kontribusi besar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ormas ini juga banyak melahirkan lembaga pendidikan berbentuk pesanten, salah satunya yang populer adalah Pesantren Tebuireng di Jombang yang didirikan langsung oleh KH. Hasyim Asy’ari, ulama kharismatik pendiri Nahdlatul ‘Ulama (NU).

Bersepakat dengan apa yang disampaikan oleh Arief Budi Wuriyanto, “peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan, dan keikutsertaan masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan”. Sehingga pada masa sekarang, perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta tersebut dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik dimasa yang akan datang, mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat. Hal inilah yang diharapkan melahirkan kesadaran peran serta masyarakat sebagai penyokong pendidikan.

- Advertisement -

Slogan ‘pendidikan yang merdeka’ atau ‘merdeka belajar’ sangat cocok kita sematkan untuk kebutuhan pendidikan saat ini, sehingga pengelolaan pendidikan harus benar-benar disiapkan untuk menjadikan SDM Indonesia merdeka dan mampu membangun jiwanya dan raganya. Bangsa ini harus bangkit dari keterpurukan pemikiran yang sempit dan membuka cakrawala berpikir sehingga terus maju sebagai bangsa merdeka, sehingga kegelisahan Ki hajar Dewantara mungkin masih cocok dan pantas kita sematkan pada masa ini, pendidikan yang belum mampu mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa ini.

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Mengutip apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, bahwa pemerintah daerah, pemerintah pusat, organisasi masyarakat, orang tua dan murid harus saling terlibat. Mereka harus gotong royong untuk menciptakan kualitas pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan hasil survei kualitas pendidikan dan kemampuan pelajar yang dikeluarkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada Selasa (3/12) di Paris, menempatkan Indonesia di peringkat 72 dari 77 negara. Miris bukan? Data ini menunjukkan posisi Indonesia bercokol di peringkat ke-6 terbawah, masih jauh dibawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunai Darussalam. Survei ini merupakan rujukan dalam menilai kemampuan membaca, matematika, dan sains.

Pelibatan Organisasi masyarakat yang baru-baru ini dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kita harapkan mampu melahirkan inovasi pendidikan dengan semangat gotong royong dan tanggung jawab bersama dalam menciptakan pendidikan berkualitas, sehingga harapannya muncul sekolah-sekolah yang menjadi motor penggerak dari kelompok organisasi kemasyarakatan. Kedepannya, lembaga pendidikan ini mampu bersama-sama menciptakan model-model pendidikan dan pelatihan, baik untuk meningkatkan kualitas guru dalam ruang pembelajaran, maupun peningkatan kualitas proses dari hasil belajar siswa.

Negara harus terus melakukan inovasi pendidikan dengan melibatkan semua organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan. Kemerdekaan pembelajaran dalam rangka menciptakan manusia Indonesia yang bukan hanya pintar di ruang kelas, akan tetapi juga cerdas berfikir dan berinovasi. Untuk itu, perlu adanya kepedulian semua pihak, sehingga sekolah diharapkan akan kembali memfungsikan diri sebagai lembaga penggerak dan menjadi motivator sehingga peningkatan kualitas pendidikan Indonesia akan secepatnya tercapai.

*Penulis merupakan Peneliti Sindikasi Indonesia Maju

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER