Selasa, 23 April, 2024

Ditopang Budidaya, Usaha Ekspor Benih Lobster Indonesia Diyakini Mampu Kalahkan Vietnam

MONITOR, Jakarta – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Prof. Rokhmin Dahuri optimistis usaha ekspor benih lobster ditambah dengan budidaya lobster akan segera menggeliat dan memberi kontribusi maksimal bagi perekonomian nasional.

Bahkan, menurut mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu dalam 3 tahun ini diharapkan, Indonesia mampu menjadi negara penghasil lobster yang menyaingi Vietnam karena optimistis pembenihan lobster (hatchery) bisa dilakukan di Indonesia sebagaimana diharapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo beserta jajarannya yang serius mempelajari hal tersebut termasuk saat melakukan kunjungan kerja di Australia baru-baru ini.

“Kemarin saya lihat menetaskan telur (lobster) bisa dilakukan di Tasmania (Australia). Semakin digunakan (teknologinya) semakin murah dan efisien. Untuk ekspor benih lobster nanti dikasih kuota dan waktunya akan kita tentukan,” katanya saat strategi pemanfaatan (harvest strategy) pengelolaan perikanan rajungan, kakap dan kerapu serta lembaga pengelola perikanan wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia (LPP WPPNRI) di Gedung Mina Bahari III, KKP, Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu membeberkan jika kunci sukses Vietnam dalam budidaya lobster sangat maju terutama dalam hal pakan dan karakter pembudidayanya.

“Soal pakan di sana ada kerang hijau, karena makanan yang paling lezat bagi lobster itu kerang hijau, itu dibudidayakan di sana, ditambah lagi ikan rucah. Jadi nanti (di sini) pakan kita genjot. Nah faktor yang kedua itu disiplin para pembudidayanya. Dalam membersihkan keramba jaring apungnya itu mereka rutin,” jelasnya.

Pasar lobster di Vietnam juga sangat maju menurut Rokhmin karena juga ditopang oleh sistem logistiknya. China sebagai negara terbesar dijualnya produk lobster Viernam bisa ditempuh oleh jalur darat hanya 8 jam sementara Indonesia bisa 3 hari.

- Advertisement -

Kendati demikian, Rokhmin yakin jika dalam 3 tahun ini para pelaku usaha lobster kita kompak maka logistic cost-nya bisa ditekan. “Jadi kita main volume, misalnya (Vietnam) bisa 1 juta, kita 3 juta sehingga ongkos kirim bisa di-cover begitu. Saya perkirakan kalau 8 dolar AS (per ekor/benih) sementara kita ada 300 juta, itu sudah 2,4 miliar dolar AS kita terima,” tegasnya.

Sementara itu ditempat yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan komoditas rajungan, kakap dan kerapu berkontribusi terhadap devisa Negara sebesar Rp 5,4 triliun per tahun baik dalam bentuk hidup, segar, beku maupun olahan lainnya. Produk perikanan tersebut juga merupakan sumber pendapatan nelayan skala kecil.

“Ikan-ikan ini dominan ditangkap oleh nelayan skala kecil. Namun, adanya perilaku konsumen dan besarnya permintaan pasar mengakibatkan eksploitasi yang berlebih sehingga berdampak pada penurunan stok rajungan, kakap dan kerapu,” ujarnya.

Menurut Edhy strategi pemanfaatan perikanan ini mampu menjamin masa depan kedaulatan pangan. Selain itu, komoditas yang berlabel lingkungan mampu meningkatkan daya saing produk Indonesia dalam pasar global.

“Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan tentu bisa merusak potensi komoditas perikanan tersebut apabila tidak dikendalikan dan diatur. Oleh sebab itu, kita perlu mengatur sedemikian rupa melaui strategi pemanfaatan ini, misalnya batas ukuran penangkapan ikan dengan berat minimal 500 gram dan panjang karapas rajungan minimal 10 cm,” jelasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER