PERTANIAN

Kementan Dorong Petani Penuhi Pasar Domestik dengan Buah Bermutu

MONITOR, Jakarta – Keprihatinan dunia atas merebaknya virus Corona di daratan China, ternyata di sisi lain membawa dampak positif bagi petani dan pedagang buah-buahan lokal. Berkurangnya impor buah-buahan terutama dari China, justru menciptakan peluang besar bagi petani dan pedagang buah nusantara untuk meningkatkan omzet produksi dan penjualannya.

Pasar buah dalam negeri menjadi semakin terbuka luas untuk diisi dengan buah-buahan lokal. Meski begitu, pemerintah menghimbau para petani maupun pedagang untuk tidak ‘aji mumpung’ dengan menjual produk buah yang tidak bermutu.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat dihubungi di Jakarta (15/2), mengajak petani buah di seluruh Indonesia untuk memanfaatkan momentum pasar saat ini.

“Kita punya buah tropis yang luar biasa besarnya, mulai dari manggis, durian, alpokat, nenas, pisang, jeruk bahkan apel dan stroberi. Volumenya mencapai 22 juta ton lebih tahun 2019 lalu. Ini saatnya buah-buahan lokal merajai pasar dalam negeri. Namun begitu, untuk jenis buah tertentu seperti pisang, kami himbau agar petani memetik buah saat memang sudah umur panen atau matang fisiologis. Jangan sampai menjual buah ‘karbitan’ atau buah muda yang dipaksa matang,” ujar pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.

“Secara umum buah-buahan lokal kita sangat aman dikonsumsi, karena biasanya dari kebun langsung didistribusikan ke pasar. Rantai pasoknya juga tidak terlalu panjang, sehingga tidak perlu perlakukan khusus penambahan zat-zat kimia tertentu apalagi sampai menggunakan zat kimia berbahaya,” ujar Anton.

Pihaknya akan terus mengedukasi para petani atau pedagang buah untuk menghindari praktik pematangan buah menggunakan bahan kimia berbahaya seperti amonia atau sulfur dioksida atau bahan kimia berbahaya lainnya.

“Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti Amonia atau Sulfur Dioksida jika sampai tertelan manusia, bisa merusak sistem saraf dan mempengaruhi fungsi hati maupun ginjal. Buah yang dipaksa matang dengan bahan kimia berbahaya, selain berpengaruh terhadap kualitas juga berpengaruh terhadap rasa. Nilai gizinya juga akan berkurang, karena dalam proses pematangan paksa, proses terbentuknya gula alami menurun, dan sintesis vitamin berkurang. Siapa yang rugi? Tentu semua pihak akan dirugikan,” terang Anton.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman tidak menampik peluang adanya praktik curang dalam perniagaan buah-buahan. Dirinya menghimbau agar konsumen lebih teliti sebelum mengkonsumsi buah.

“Ciri-ciri buah yang matang akibat penggunaan bahan kimia diantaranya warna buahnya tampak lebih seragam, tetapi tidak menarik alias pucat, aroma buahnya ringan dan tercium bau kimia, dan rasa buahnya hambar. Meskipun kulitnya tampak menguning namun bagian tengahnya terasa keras. Buah tersebut juga tidak tahan simpan, lebih cepat busuk,” ungkapnya.

Menurutnya, buah yang matang secara alami warnanya fisiknya justru tidak seragam, tetapi warnanya menarik. Untuk pisang, biasanya terdapat bintik-bintik sebagai tanda kematangan. Aroma buah yang matang alami jauh lebih tajam, tidak tercium bau kimia. Sementara dari segi rasa, buah yang matang alami akan matang secara merata, tidak hanya menguning di permukaan kulit, dibagian tengah juga terasa lunak. Buah yang matang alami juga memiliki umur simpan yang lebih lama.

“Disini masyarakat pecinta buah dituntut jeli agar bisa mengidentifikasi buah yang dimatangkan dengan bahan kimia berbahaya tersebut,” tukas Liferdi.

Pada dasarnya, secara alamiah tumbuhan memiliki hormon pertumbuhan yang disebut dengan etilen. Hormon ini bertanggung jawab dalam mengatur dan merangsang pemasakan buah, pemekaran mahkota bunga, menebalnya batang pohon, serta mempercepat gugurnya daun. Produksi etilen meningkat saat buah siap matang. Peningkatan ini memicu transformasi buah yang keras, hijau, kusam berubah menjadi buah yang lembut, mencolok, dan lezat untuk dimakan.

Melihat besarnya manfaat dari senyawa etilen ini dan seiring dengan perkembangan teknologi, etilen diproduksi secara buatan. Etilen buatan (artificial ethylene) mengandung senyawa Ethephon, yang berfungsi sama dengan etilen, berwujud larutan cair dan dapat melepaskan hormon senyawa etilen ini di dalam tubuh tanaman. Penggunaan etilen untuk mematangkan buah dinilai masih wajar dan buahnya aman dikonsumsi. Namun dengan syarat, tetap mengikuti dosis dan aturan penggunaan yang ditentukan.

Recent Posts

11 Warga Dibui Karena Pertahankan Tanah Leluhur, DPR: Jangan Kriminalisasi Pejuang Hak Adat!

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira menyatakan keprihatinan mendalam…

46 menit yang lalu

12 Pemikir Dunia Bertemu di AICIS+ 2025, Bahas Ekoteologi dan Masa Depan Teknologi

MONITOR, Jakarta - Dunia akademik bersiap menyambut pertemuan pemikir kelas dunia dalam AICIS+ 2025 yang…

1 jam yang lalu

Kemenag Dorong Takmir Fungsikan Masjid sebagai Wadah Jaminan Sosial

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) mendorong para takmir agar memperluas fungsi masjid menjadi wadah…

2 jam yang lalu

Mahasiswa UNIDA Gontor Sukses Wujudkan Wisata Lebah Digital Pertama di Indonesia

MONITOR, Ponorogo - Sebuah gagasan sederhana di tangan mahasiswa berubah menjadi karya besar yang menginspirasi.…

3 jam yang lalu

Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Catat Kenaikan PNBP Signifikan di 2025

MONITOR, Jakarta - Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas) mencatat capaian gemilang dalam penerimaan negara bukan…

4 jam yang lalu

Pemerintah Dorong IKM Pangan Penuhi Standar Produksi Bersih dan Aman

MONITOR, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan komitmen pemerintah untuk terus memperkuat daya…

7 jam yang lalu