MONITOR, Jakarta – Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) dapat hadiah besar. Lahan seluas 142,5 hektar, akan dibangun kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang terletak di kawasan Cimanggis, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Kampus plat merah ini bakal menjadi pusat peradaban masa depan dunia Islam.
Kepastian itu menyusul telah dicanangkan Presiden Jokowi melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57/2016, dan dimulai pembangunannya pada 5 Juni 2018. UIII akan membawa cita-cita dan misi besar bagi dunia Islam di Indonesia bahkan Internasional. Rencananya kampus akan mulai beroperasi pada 2020 mendatang.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Ditjen Pendis, Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Arskal Salim GP, M.Ag menuturkan, UIII didirikan untuk membangun citra bahwa Indonesia dengan negara muslim terbesar dan dengan sistem demokrasi terbesar ke-3 di dunia. Mampu memproduksi ilmu pengetahuan, serta menjadi rujukan bagi kajian-kajian Ilmu pengetahuan, terutama tentang Islam.
Selama ini banyak mahasiswa Indonesia pergi ke luar negeri, ke Timur Tengah bahkan ke Barat. Harapannya, dengan banyaknya lulusan yang telah belajar ke banyak negara, nantinya mengembangkan kajian Islam Indonesia. “Sehingga muslim dunia, atau bangsa lain dapat belajar tentang Islam Indonesia di Indonesia,” tutur Arskal Salim di kantornya, Jakarta, Rabu (11/12).
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil, pasalnya Indonesia dinilai memiliki karakteristik tersendiri. Selain tentang populasi muslim dan sistem demokrasinya, Indonesia juga dinilai memiliki karakteristik yang khas. Mampu memadukan kelompok-kelompok berbagai aliran dan kepentingan, di bawah sebuah sistem demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD).
“Dengan berdirinya UIII, kita ingin mempromosikan Islam Indonesia tersebut menjadi kiblat studi Islam. Dengan begitu, Indonesia tidak selamanya menjadi konsumen Ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi produsen,” ungkap Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
Seperti diketahui, UIII nantinya akan membuka tujuh fakultas pada jenjang studi Magister dan Doktoral, diantaranya yakni kajian Islam, Ilmu Sosial Humaniora, Ekonomi Islam, Sains dan Teknologi, Pendidikan, Arsitektur dan Seni. Dimana pada tahun pertama akan dibuka tiga fakultas terlebih dahulu, diantaranya yakni Kajian Islam, Pendidikan dan Ilmu Sosial Humaniora.
Dengan ketujuh fakultas tersebut, Arskal berharap, UIII menjadi kampus masa depan dunia Islam. Di kampus tersebut nantinya akan menjadi destinasi pusat kajian Islam dunia, dimana didalamnya para mahasiswa akan mengembangkan dan mempelihara tradisi khazanah Islam Klasik dan memadukannya dengan pendekatan sosial budaya.
Sarjana yang dihasilkan oleh sistem pendidikan di UIII ini, adalah sarjana yang tidak hanya menguasai ilmu dan tradisi klasik Keislaman. Tetapi juga memiliki penguasaan ilmu-ilmu moderen. “Misalnya ilmu sosial humaniora yang nantinya akan berguna untuk mengimplementasikan bahwa ajaran Islam dapat terorientasi dengan sebuah sistem yang moderen,” tuturnya.
Pandangan tersebut, juga tak lepas dari anggapan bahwa Indonesia telah masuk dalam jajaran kelompok 20 ekonomi utama dunia, atau disingkat dengan sebutan G-20. Dengan begitu Indonesia perlu membangun kebudayaan yang tinggi. Diantaranya ditentukan dengan sebuah lembaga pendidikan yang mampu menopang kebudayaan, atau sistem pendidikan yang mapan secara internasional.
“40 persen mahasiswa UIII ini akan kita alokasikan untuk mahasiswa asing. Saat kembali ke negara mereka masing-masing, mereka akan menjadi duta yang menyebarkan pesan kedamaian. Dan sistem demokratis ala Islam Indonesia di negara masing-masing,” tandas Arskal.