Jumat, 29 Maret, 2024

Ini Kata Fahri Hamzah soal Stafsus Milenial Jokowi

MONITOR, Jakarta – Kebijakan Presiden Joko Widodo mengangkat tujuh staf khususnya dari kalangan milenial terus menuai perhatian publik, tak terkecuali Fahri Hamzah. Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora Indonesia ini menilai, Jokowi terlihat ingin menunjukkan contoh kepada anak-anak muda lainnya.

“Mungkin ini semacam etalase yang kalau di dalam bahasa umumnya bisa ditangkap sebagai duta dari anak-anak muda atau kaum milenial ini yang oleh presiden dianggap memiliki keahlian tertentu atau prestasi tertentu untuk dikomunikasikan dan mendorong agar anak-anak muda Indonesia untuk berkiprah dan berani dalam bertindak atau berani mengambil keputusan untuk maju kedepan,” kata Fahri kepada awak media, di Jakarta, Jumat (22/11).

Meskipun Fahri mengapresiasi niat baik Presiden, namun ia juga menyayangkan pilihan mantan Gubernur DKI Jakarta itu cenderung mewakili wajah pemuda dari kaum digitalisasi. Padahal, sambung dia, era digital bukanlah menjadi persoalan dasar bangsa Indonesia saat ini.

“Sedangkan persoalan dasar bangsa ini adalah sektor riil, apa yang kita makan, produksi sendiri, pakai dan apa yang kita tanam. Yang pertumbuhan teknologi digital tidak menjamin surplusnya sektor produksi, malah justru bisa membuat kita sebagai bangsa konsumen,” paparnya.

- Advertisement -

“Karena industri digital bisa menjadi alat bagi produk-produk asing untuk secara masif datang ke Indonesia dan mematikan semangat kita untuk menjadi produsen di negara kita sendiri. Sehingga pertanian kita mundur, perternakan, kelautan, perkebunan kita akan mundur,” sebut salah satu inisiator Ormas Garbi itu.

Oleh karena itu, imbuh mantan Wakil Ketua DPR RI itu, seharusnya presiden harus memikirkan bahwa anak-anak muda ini bisa menjadi etalase bagi industri digital, tetapi harus ada juga anak-anak muda yang didorong karena dia menjadi petani, enterprener di sektor manufaktur, atau di industri rill, sehingga betul-betul kalau dia di maksudkan sebagai etalase anak muda, maka etalasenya pun harus lengkap tidak pincang seperti saat ini.

“Sebenarnya anak-anak yang dipilih, bukanlah anak-anak yang bisa ditiru oleh semua anak-anak muda Indonesia yang mayoritas masih hidup di pedesaan di seluruh daerah. Sementara anak-anak ini (staf khusus,red) adalah anak-anak perkotaan yang memang tumbuh dengan teknologi dan pengetahuan yang lebih dari lainnya,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER