PERTANIAN

Kementan: Indonesia Taat Sebagai Negara Anggota WTO

MONITOR, Jakarta – Sempat bersengketa dalam sejumlah rekomendasi World Trade Organization (WTO), Pemerintah tetap optimistis keanggotaan di dalam organisasi tersebut tetap akan menguntungkan Indonesia dalam perdagangan internasional.

Kepala Biro Kerjasama Luar Negerj Kementerian Pertanian (Kementan) Ade Candra menyebutkan manfaat menjadi anggota WTO lebih besar dibandingkan tidak terlibat sama sekali.

“Dengan menjadi anggota kita mendapatkan perlindungan dari praktik-praktik perdagangan yang tidak fair, seperti dumping dan diskriminasi kebijakan,” sebut Ade, Senin (18/11/2019) sore.

Aspek lain yang menjadi pertimbangan Indonesia untuk menjadi anggota WTO adalah kebijakan Presiden Joko Widodo yang saat ini sedang berupaya mengakselerasi ekspor dan meningkatkan investasi di segala bidang.

“Bergabung dengan WTO akan memudahkan kita untuk membangun jaringan perdagangan dengan negara-negara anggota lainnya,” sebut Ade.

WTO merupakan satu-satunya organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional. WTO saat ini terdiri dari 154 negara anggota

Terbentuk sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa, eksportir, dan importir dalam melakukan kegiatannya.

Ade mengakui Indonesia masih belum secara optimal memanfaatkan hak sebagai anggota WTO untuk mendorong ekspor produk domestik ke pasar dunia.

“Masih banyak instrumen kebijakan yang apabila dimanfaatkan dengan baik, akan memberikan manfaat yg besar terhadap kebijakan ekspor Indonesia, khususnya sektor pertanian,” ujarnya.

Secara terpisah Kepala Biro Humas Dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan saat ini pemerintah terus berupaya mengakselerasi ekspor pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta jajarannya untuk mendorong peningkatan produksi pertanian, tidak hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitas.

“Sesuai arahan Pak Menteri, peningkatan kinerja ekspor dapat dilakukan melalui penerapan teknologi dan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi melalui penerapan standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir,” pungkas Kuntoro.

Menurutnya, akses pasar yang baik bagi produk pertanian akan terbuka bila hubungan kerjasama saling menguntungkan antar negara terbangun baik, serta memenuhi asas ekivalensi dalam aturan sanitary and phitosanitary (SPS).

Recent Posts

DPR Dorong Akselarasi Pembangunan Asrama Haji Cipondoh

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abidin Fikri mendorong akselerasi pembangunan gedung…

2 jam yang lalu

PGRI Puji DPR Tampung Tangisan Guru Honorer, Minta DPR Desak Pemerintah Beri Solusi Konkret Tata Kelola Guru

MONITOR, Jakarta - Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) menyampaikan terima kasih kepada…

6 jam yang lalu

DPR Dorong Penerapan Kebijakan Cuti Ayah Lebih Fleksibel Guna Atasi Fenomena Fatherless

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher menyoroti data dari Kementerian…

8 jam yang lalu

1500 Lebih Santri Ikuti Test Wawancara Beasiswa Indonesia Bangkit

MONITOR, Jakarta - Kurang lebih 1560 santri pesantren se-Indonesia, ikut ambil bagian memperebutkan Beasiswa Indonesia…

8 jam yang lalu

RS Asing Diizinkan Beroperasi di RI, Puan: Harus Taat Regulasi Nasional

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyikapi rencana Pemerintah yang membuka peluang bagi…

8 jam yang lalu

PPG Angkatan II untuk Guru Mapel Pendidikan Agama Digelar Awal September 2025

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama berbagi kabar baik untuk para guru mata pelajaran (mapel) Pendidikan…

10 jam yang lalu