MONITOR, Jakarta – Pentingnya peran perbankan membuat industri ini diatur secara ketat oleh regulator (highly regulated). Di tengah kondisi makro yang rentan bergejolak (volatility), penuh ketidakpastian (uncertainty), kompleks (complexity), serta ambigu (ambiguity) seperti saat ini, kesehatan bank semakin mendapatkan perhatian yang serius agar risiko berdampak sistemik dapat ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, bank diharapkan memiliki kinerja yang optimal agar mampu mengendalikan risiko internal dan tahan terhadap situasi eksternal sehingga dapat menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
“Perkembangan teknologi digital mempengaruhi dunia perbankan kita. Perekonomian dunia saat ini tidak bisa hindari apa yang terjadi dengan dua negara besar AS-China perang dagang mempengaruhi ekonomi global. Perkiraan tahun 2020 kita akan memiliki 80 juta kelas menengah Indonesia, hampir 3,5 kali penduduk Malaysia. Artinya daya beli tinggi dengan teknologi yang ada. Maka itu kebijakan keuangan ke depan membutuhkaninovasi-inovasi,” kata Fadel Muhammad, Founder & Prescom Warta Ekonomi, Jumat, 15 November 2019.
Dengan terciptanya kondisi perbankan yang sehat, bank dapat memberikan keuntungan bagi para stakeholder-nya. Bagi deposan, bank diharapkan dapat dipercaya dan dikelola secara prudent sehingga risiko pelarian dana semakin minimal. Bagi investor, bank diharapkan mampu tumbuh secara terukur, memberi return yang optimal, dan memiliki risiko yang terkendali.
Tahun ini Warta Ekonomi memberikan apresiasi kepada bank-bank dengan kinerja optimal sehingga memiliki kondisi yang sehat atau sangat sehat melalui penghargaan Indonesia Best Bank AWARD 2019.
Pada penghargaan kali ini, tim riset Warta Ekonomi menggunakan pendekatan Risk-Based Bank Rating (RBBR) yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Selain mengadopsi variabel dalam RBBR, Tim peneliti juga menambahkan variabel lain, yakni kinerja intermediasi.
Bank yang dianalisis dibagi ke dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) dan kelompok aset. Periode penelitian meliputi tahun 2017-2018. Pengukuran tingkat kesehatan bank menggunakan variabel yang terdiri dari lima aspek, yakni: Profil Risiko (Risk-Profile) yang dinilai berdasarkan faktor risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Indikatornya ialah Peringkat Profil Risiko Bank.
Aspek Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance), penilaiannya berdasarkan faktor transparansi, akuntabilitas, profesionalitas, dan kewajaran. Indikatornya ialah Peringkat GCG Bank. Aspek Rentabilitas (Earnings), bank dinilai berdasarkan tiga faktor: Kinerja bank dalam menghasilkan laba, sumber-sumber yang mendukung rentabilitas, dan stabilitas komponen pendukung rentabilitas.
Aspek Permodalan, berdasarkan kecukupan modal bank yang diukur dengan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR) dan rasio modal inti terhadap total aset. Dan aspek Kinerja intermediasi, berdasarkan dua indikator, yakni pertumbuhan kredit dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Berdasarkan penilaian tersebut, tim riset Warta Ekonomi menentukan 84 bank terbaik berpredikat Sehat dan Sangat Sehat tahun 2019.