Kamis, 25 April, 2024

Bangun Ekonomi Bangsa, Rokhmin Dahuri Ajak Alumni PTN Asah Jiwa Kewirausahaan

MONITOR, Bogor – Dewan Pengurus Pusat Himpunan Alumni IPB dan Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Indonesia (PTN) Indonesia (HIMPUN) menyelenggarakan seminar nasional “Perubahan Paradigma Dunia Usaha Berbasis Transformasi Digital” di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Selasa (15/10/2019).

Guru Besar IPB yang juga Pakar Kemaritiman, Prof Rokhmin Dahuri didaulat menjadi keynote speach pada acara yang dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia tersebut. Dalam paparannya, mantan menteri kelautan dan perikanan itu mengajak para alumni perguruan tinggi memanfaatkan tranformasi teknologi informasi yang ditandai oleh revolusi industri 4.0 untuk terjun ke dunia usaha mengembangkan sektor produksi dan ekonomi real untuk menciptakan lapangan kerja.

“Seluruh rakyat Indonesia, termasuk  Civitas Academica dan segenap alumni perguruan tinggi, sangat mendambakan segera terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang maju, adil-makmur, dan berdaulat sesuai dengan cita-cita Kemerdekaan NKRI,” paparnya.

Namun, lanjut guru besar Mokpo National University Korea Selatan itu, hingga kini Indonesia masih sebagai negara berpendapatan menengah bawah (lower — middle income country), dengan pendapatan nasional kotor atau Gross National Income (GNI) sebesar 3.870 dolar AS per kapita berdasarkan data Kemenko Perekonomian tahun 2019) belum menjadi negara makmur (high-income country), dengan pendapatan nasional kotor diatas 12.165 dolar AS per kapita (Bank Dunia, 2018).  

- Advertisement -

“Selain itu, berdasarkan pada kapasitas IPTEK, kita bangsa Indonesia pun belum berstatus sebagai negara maju.  Karena, kapasitas IPTEK bangsa Indonesia sampai sekarang masih berada di kelas tiga.  Artinya, lebih dari 75 persen kebutuhan IPTEK nasional berasal dari impor.  Sedangkan, negara maju adalah mereka yang kapasitas IPTEK nya mencapai kelas satu yaitu lebih dari 75 persen kebutuhan IPTEK nya dihasilkan oleh bangsanya sendiri,” ungkapnya.

Selain soal IPTEK, Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menyebut sektor primer seperti pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pertambangan sebagian besar dikerjakan secara tradisional belum secara optimal dikembangkan menjadi industri berskala nasional. “Sektor sekunder misalnya manufacturing, processing dan packaging itu produktivitasnya juga masih rendah, sementara akses UMKM terhadap lahan usaha permodalan sarana produksi juga minim,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Rokhmin mengajak insan perguruan tinggi mengasah jiwa kewirausahaan (entreprenuership), yaitu suatu kemampuan untuk merubah sesuatu yang tidak atau kurang ada gunanya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, bernilai tambah, dan bernilai ekonomi.  

“Dalam bahasanya Pak Ciputra, seorang entrepreneur adalah yang mampu mengubah sampah menjadi berkah. “An entrepreneur is someone who spots an opportunity and acts to make it into a commercial success” ujarnya.

Ciri-ciri utama seorang entrepreneur adalah kreatif, inovatif, bisa membaca dan menciptakan peluang, berani ambil resiko (risk taker) yang terukur (calculated risks), pantang menyerah, disiplin, tekun, berorientasi pada hasil (result-oriented), dan sabar. 

“Seluruh alumni muda jadilah entrepreneur (pengusaha-red). PTN di Indonesia harus bersatu menjawab berbagai problematika diatas,” tandasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER