Sabtu, 27 April, 2024

Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Kelautan Butuh Sosok Komprehensif

MONITOR, Jakarta – Pertumbuhan Ekonomi Indonesia saat ini masih mandek di angka rata-rata 5 persen atau dibawah target pemerintah yakni 7 persen bahkan seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2019, tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan berada di kisaran 5-5,2 persen. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan investasi swasta. ada 5 sektor investasi swasta yang diprediksi menjadi tulang punggu pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu sektor infrastruktur, sektor manufaktur, sektor pariwisata, sektor perikanan (fishery) dan sektor digital.

“Sekarang ini ketidakpastian global sedang ampun-ampunan. Trade war sulit sekali diprediksi. Tapi Indonesia, InsyaAllah, jauh lebih baik dari negara lain. Kita bersyukur konsumsi rumah tangga masih bagus, yang jadi masalah adalah mendorong investasi swasta, baik investasi konstruksi maupun non konstruksi,” tuturnya di Jakarta, Senin (26/08/2019) lalu.

Direktur CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang masih berkutat di angka 5 persen, pemerintah perlu memiliki agenda dan program multi yang dikerjakan pada priode kepemimpinan lima tahun ke depan yaitu soal SDM Unggul, Inovasi, Industri 4.0, pertumbuhan ekonomi, lalu ada lagi tentang keberlanjutan program infrastruktur yang masih terus berjalan, dan juga tentang masalah pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan.

- Advertisement -

“Ini pekerjaan rumah Pak Jokowi yang berat. Karena, selain akan banyak biaya yang menjadi beban negara, juga karena Indonesia masih mengalami tempaan eknomi dari faktor eksternal dan internal. Tetapi saya yakin, dengan sinergi yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari hulu ke hilir akan menjadi probem solving terbaik,” kata Faisal dalam keterangan tertulisnya, Jum’at (30/8/2019).

Sektor Kelautan

Menurut Faisal, salah satu kekuatan besar Indonesia adalah potensi laut yang luar biasa. Tetapi hal ini, tidak memiliki arti besar, jika kita tidak memiliki sosok yang konprehensif untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi agar bisa melejit lebih dari 5 persen. “Sayangnya, dari perikanan terutama ketenagakerjaan nelayan sering kali menjadi tenaga kerja yang tidak dipandang dan tidak memiliki daya saing unggul,” ujar Faisal.

“Padahal kita bisa mewujudkan memiliki nelayan sebagai SDM unggul dan berinovasi yang siap menuju industri 4.0. Caranya ya sinergi yang dilakukan pemerintah dari hulu ke hilir, sehingga bisa memiliki para nelayan sebagai tenaga kerja yang berdaya saing unggul,” tambahnya.

Menurut Faisal yang juga menjadi tenaga profesional di berbagai lembaga internasional seperti World Bank, United Nation Population Fund dan Sekretariat ASEAN ini dalam bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman menjadi daya ungkit untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

“Karena itulah dibutuhkan sosok atau tokoh yang Komperhensif yaitu memiliki aspek Kapabel, Berjiwa Leadership, Berani,  Berpengalaman atau Pakar di bidangnya,Memiliki Program, memiliki Kemampuan Teknis Manajemen dan sebagainya,” ujar Faisal.

Faisal mengakui jika sosok Menteri kelautan dan perikanan saat ini, Susi Pudjiastuti memiliki kepemimpinan yang kuat dalam hal pengamanan territorial laut, namun hal tersebut menurutnya bukan hal utama dalam upaya mengoptimalkan potensi sektor kelautan dan perikanan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesekahteraan rakyat.

“Bu Susi bisa kuat dengan pengamanan teritorial, tetapi ada hal utama juga mengenai pengelolaan, meningkatkan produktivitas, pengelolaan, daya saing dan sebagainya,” kata Faisal.

Faisal menegaskan jika bidang Kelautan, Perikanan dan Kemaritiman saat ini membutuhkan sosok yang memiliki kemampuan kepakaran, berpengalaman dan berpengetahuan mumpuni bidang kelautan dan perikanan secara komprehenshif utamanya bagi pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Teman Jokowi, Samsul B. Ibrahim mengatakan, kondisi sosial ekonomi yang ada di Indonesia memiliki banyak masalah dalam hal pengangguran dan kemiskinan, ketimpangan sosial, disparitas pembangunan antar wilayah, penderita gizi buruk, daya saing dan indek Pembangunan Manusia (IPM) rendah serta kerusakan lingkungan .

Untuk itu lanjut Samsul, kebutuhan akan sosok konfrehensif yang mengerti soal detail persoalan ekonomi dan kelautan mutlak dibutuhkan. “Kita butuh sosok konprehensif yang mengerti detail persoalan ekonomi dan kelautan,” kata Samsul.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER