Jumat, 22 November, 2024

Pengembangan Desa Wisata Diharapkan Dongkrak Ekonomi Masyarakat

MONITOR, Badung – Pengembangan pariwisata di desa-desa terus dilakukan pemerintah. Melalui pemanfaatan dana desa untuk desa wisata diharapkan mempercepat pendapatan ekonomi masyarakat desa.

Hal tersebut disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo saat memberikan arahan pada acara Rapat Koordinasi Pengembangan Desa Wisata Secara Terintegrasi di Daerah Pulau Kecil dan Terluar serta Perbatasan Tahun 2019 di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali (21/8).

Menurutnya pariwisata itu paling cepat mendatangkan pendapatan. Dengan fokus penggunaan dana desa saat ini hingga tahun mendatang untuk pengembangan Sumber Daya Manusia dan pemberdayaan ekonomi desa, ia berpesan dana desanya digunakan untuk desa-desa wisata.

“Tahun depan dana desa akan meningkat. gunakan untuk pariwisata atau pasca panen. Sering buat event, sehingga menciptakan kerumunan, ada interaksi jual beli dan menambah pendapatan,” pesannya.

- Advertisement -

Lanjutnya, dengan membuat event sebagai daya tarik turis untuk datang. Selain itu, daya tarik kuliner dan penyediaan fasilitas yang memadai seperti toilet dan kamar mandi menjadi salah satu kunci desa wisata.

“Beberapa desa wisata yang sukses salah satunya di Desa Kutuh ini, hingga pendapatan keuntungannya mencapai Rp 19,5 Milyar, padahal dana desanya Rp 900 juta. Karena dana desanya tidak hanya untuk infrastruktur dan tidak habis untuk perawatan infrastruktur. Saat ini sedang mengembangkan kampung bola dan sedang dipersiapkan homestay-homestay,” terangnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu Kemendes PDTT Aisyah Gamawati menyampaikan bahwa meskipun daerah-daerah yang masuk dalam kategori tertinggal, terdepan dan terluar pada umumnya memiliki berbagai keterbatasan baik dari sisi infrastruktur maupun ekonominya, namun pada sisi lain, daerah tersebut menyimpan kekayaan potensi wisata, budaya serta keindahan alam yang sangat besar.
 
Oleh karenanya, pihaknya secara kontinyu memberikan beragam fasilitasi untuk mengembangkan desa wisata yang terletak di daerah 3T.

“Kami telah memberikan fasilitasi berupa dermaga, kapal penyeberangan, pembangunan jalan, serta beragam pelatihan yang terkait dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia serta pengelolaan potensi laut,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa sejak 2017 lalu, Kemendesa PDTT melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu telah dan akan mengembangkan 14 desa wisata yang tersebar di wilayah 3T.

Keempat belas desa wisata itu antara lain terletak di Pulau Balai Kabupaten Aceh Selatan; Pulau Siberut Kab. Kep Mentawai; Pulau Pisang Kab Pesisir Barat; Pulau Pantar Kab. Alor; Pulau Mules Kab Manggarai; Pulau Papan Kab. Tojo Una Una; Pulau Lingayan Kab. Toli Toli; Desa Wawobili Kab Konawe Kepulauan; Desa Pulau Bungin Kab Sumbawa; Desa Tulakadi Kab Belu; Pulau Rote Kab Rote Ndao; Pulau Sabu Kab Sabu Raijua; Desa Lorang Kab. Kepulauan Aru dan Pulau Pangalasiang Kab Donggala.

Sementara itu, Kepala Adat di Desa Adat Kutuh Made Wena memberikan tips bagaimana Desa Kutuh mengembangkan desanya. Menurutnya ada tiga kunci yaitu
harus bisa mencermati bagaimana potensi desa, yang terdiri dari potensi SDM, SDA dan potensi budaya.

“Sisi SDM, Desa Kutuh terdiri atas 1200 KK, dan 5000 jiwa. Kedua, lihat seberapa luas SDA yang kita miliki. Ketiga, lihat budaya. Bagaimana pola pikir kita, maindset pikir. Harus ikut zaman, manfaatkan teknologi dan bisa bertahan di era kekinian. Ini dasar untuk membangun desa kutuh bisa bangkit dari keterpurukan,” jelasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER