MONITOR, Jakarta – Dosen Teknologi Agroindustri Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Adrinoviarini, optimis Indonesia telah menjadi negara berdaulat pangan. Hal itu bukan sekedar isapan jempol karena melihat peluang pertanian Indonesia yang sangat besar. Apalagi pemerintah telah berupaya sekeras mungkin untuk mewujudkannya. Sebagai hasil dari seluruh pemangku kebijakan telah bersinergi menyelesaikan persoalan pangan di Indonesia.
“Semua pihak bersinergi dalam menjaga persoalan pangan ini, cita-cita Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat secara pangan (food sovereignty) melalui produksi lokal untuk pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik sesuai budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan segera terwujud,” katanya beberapa hari lalu, Selasa (13/8).
Ia menuturkan, kondisi pertanian di Indonesia kian membaik, terutama lahan petani yang terus terhindar dari kebakaran hutan. Menurut Adri jika hal ini terus dijaga maka pengolahan kawasan pertanian terus mengalami penyuburan.
Adrinoviarini mengatakan, rekapitulasi luas kebakaran hutan dan lahan (Ha) per provinsi di Indonesia yang diterbitkan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018.
Keyakinannya itu juga didasari dari Pemerintahan Jokowi yang gencar memperhatikan dunia pertanian seperti mengajak para petani untuk kembali mengolah kawasan pertanian tanpa membakar dan berbagai bantuan alat pertanian dan mekanisasi yang digulirkan oleh Kementerian Pertanian.
“Semua pihak menginginkan praktik-praktik kebakaran lahan karena pembukaan lahan tersebut tidak dilakukan lagi. Selama ini masih banyak pembukaan lahan yang dilakukan dengan cara membakar hutan, cara ini memberikan dampak pada sustainable development dari beberapa kriteria yaitu social inclusion (aspek sosial), economic growth (pertumbuhan ekonomi) dan, terutama pada environmental protection (aspek lingkungan),” ucapnya.
Tentu, lanjut Adri hal itu menjadi stimulan bagi petani untuk melaksanakan pertanian modern yang ramah lingkungan. Mengingat dalam pertanian tanaman pangan, selain penggunaan bibit yang baik, tingkat produktivitas ditentukan oleh penggunaan teknologi, baik dalam penanaman, pemanenan, maupun pengolahan pancapanen. Menyadari hal itu, Kementan terus mendorong penggunaan berbagai macam teknologi dalam pertanian. Tujuannya, kedaulatan pangan bisa terjaga.
Sebelumnya, Kementan terus mengalakan program pertanian 4.0 yang digiatkan Kementan saat ini telah disalurkan bantuan alsintan kurang lebih 350 ribu unit, terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, cooper, cultivator, exavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.
Sementara pada tahun 2015 alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA dan brigade alsintan.
MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. kembali menorehkan prestasi dengan meraih Penghargaan Emas…
MONITOR, Jakarta - Pertamina Eco RunFest 2024 siap digelar pada Minggu, 24 November 2024, di…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar ajang perdana Kepustakaan Islam Award (KIA) di Jakarta…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama RI, melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Kepustakaan Islam…
MONITOR, Jatim - Anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil menyayangkan adanya kasus polisi tembak…
MONITOR, Yogyakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. bersama anak usahanya, PT Jasamarga Jogja Bawen…