PENDIDIKAN

Enam Bulan Terakhir, KPAI Sebut Dunia Pendidikan Tercoreng Kasus Kekerasan

MONITOR, Jakarta – Berdasarkan pada pengawasan KPAI terhadap berbagai kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan sepanjang Januari-Juni 2019, dari pemberitaan di media massa tergambar bahwa sekolah menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman bagi anak didik. Hal itu diungkapkan Komisioner KPAI Retno Listyarti.

Sepanjang Januari-Juni 2019, Retno mengakui dunia Pendidikan kembali tercoreng oleh perilaku tidak senonoh oknum guru SD Negeri. Menurutnya ada sekitar 8 kasus yang terjadi di Sekolah dasar di wilayah kecamatan Lembak, Muara Enim (Sumatera Selatan), kecamatan Ujanmas, Muara Enim (Sumatera Selatan), kecamatan Klego, Boyolali (Jawa Tengah), kabupaten Majene (Sulawesi Barat), kota Pontianak (Kalimantan Barat), Payakumbuh, kabupaten Limapuluh Kota (Sumatera Barat), dan di kota Malang (Jawa Timur).

Selain di jenjang SD, kekerasan seksual juga dilakukan oknum guru di kecamatan Cikeusal, Serang (Banten), di Tanete, Bulukumba (Sulawesi Selatan) dan Padangtualang, Langkat (Sumatera Utara).

“Berbagai kasus kekerasan seksual di sekolah yang terjadi selama 6 bulan terakhir menunjukkan modus pelaku yang beragam dan patut diwaspadai kita semua,” kata Retno Listyarti dalam keterangan persnya, Senin (1/7).

Ia menambahkan pelaku kekerasan seksual di lembaga pendidikan formal, masih didominasi oleh guru dan ada satu kasus yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Guru dan kepala sekolah yang notabene berstatus mulia sebagai pendidik telah mencederai profesi mulianya tersebut.

“Para guru dan kepala sekolah yang seharusnya menjadi teladan bagi para siswanya dan wajib menjunjung nilai-nilai moral dan agama, ternyata telah melakukan perbuatan bejat terhadap anak didiknya sendiri di lembaga pendidikan tempatnya bekerja,” kritik dia.

Retno memaparkan, dari berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan sekolah dengan pelaku guru dan Kepala sekolah selama satu semester di tahun 2019 ini menunjukkan bahwa kasus terbanyak terjadi di jenjang SD yaitu sebanyak 8 kasus, sedangkan di jenjang SMP sebanyak 3 kasus.

Korban mayoritas anak perempuan di 9 kasus dan hanya 2 kasus yang korbannya adalah anak lakik-laki. “Artinya anak lelaki maupun anak perempuan sama-sama rentan menjadi korban kekerasan seksual di sekolah,” jelasnya.

Recent Posts

Layanan Qur’an Kemenag Tembus 55.873.751 Pengguna, LPMQ Segera Rilis Chat Qur’ani Berbasis AI

MONITOR, Jakarta -  Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kementerian Agama (Kemenag) mencatat sejak diluncurkan pada…

57 menit yang lalu

Fahri Hamzah Bertemu Presiden IsDB Group Bahas Kolaborasi Pembiayaan Perumahan

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Perumahan (Wamen) dan Kawasan Permukiman (PKP) RI sekaligus Wakil Ketua…

3 jam yang lalu

Akademisi Kritik Asas Dominus Litis RKUHAP: Pembuat Kebijakan Harus Hati-hati

MONITOR, Jakarta - Civitas Akademika UIN Jakarta dalam diskusi bertajuk "Menyoal Sentralisasi Kewenangan Penegakan Hukum…

6 jam yang lalu

Menag Gaungkan Moderasi dan Pembangunan Berkelanjutan di Washington DC

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa kerukunan antarumat beragama memberikan kontribusi signifikan…

8 jam yang lalu

Penjelasan KH Moqsith tentang Wukuf di Arafah dan Keutamaannya

MONITOR, Makkah - Arafah menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan ibadah haji. Tidak sah haji seseorang…

11 jam yang lalu

Catatan kecil atas Reformasi 1998; Strategi Gattopardo, Berubah agar Segalanya Tetap Sama!

Abdul HakimPengajar Studi Perbandingan Politik STISNU Nusantara Tangerang Dalam dunia politik dan kekuasaan, terdapat strategi…

12 jam yang lalu