BISNIS

Kopi Indonesia Laris Manis di Global Coffee Specialty Expo Amerika Serikat

MONITOR, Boston – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil menembus pasar dunia untuk perdagangan kopi spesial pada rangkaian acara Global Coffee Specialty Expo yang digelar selama 3 hari di Boston, Amerika Serikat.

“Rangkaian ini membawa Indonesia mencapai transaksi sebesar USD 26,3 juta khusus untuk kopi spesial,” ujar Atase Pertanian Washington, Hari Edi Soekirno, Selasa (14/5).

Menurut Hari, ada sekitar 13 ribu pengunjung dari total 75 negara peserta yang mengikuti acara ini. Indonesia sendiri mengirimkan 7 perwakilan, masing-masing dari CV. Gayo Mandiri, Santiang Exports, Meukat Komoditi Gayo, PTPN XII, Gayo Bedetak Nusantara, Upnormal Coffee Roastery dan Tentera Coffee Roasters.

“Dalam kesempatan ini Indonesia juga mengikuti kejuaraan World Brewers Championship dan World Barista Championship,” katanya.

Untuk diketahui, World Brewers Championship adalah kompetisi bergengsi yang memamerkan kerajinan dan keterampilan menyaring kopi dengan tangan. Para kontestan datang dari seluruh dunia. Sedangkan World Barista Championship adalah kejuaraan Barista Dunia yang diselenggarakan oleh Acara Kopi Dunia setiap tahun.

“Di sana, Attani beserta staf juga hadir dan berkolaborasi dengan pihak Atdag, ITPC dan KJRI. Kami melakukan berbagai kegiatan promosi komoditas kopi spesial kepada publik Amerika dan internasional,” katanya.

Hari menjelaskan, secara global seluruh rangkaian acara ini fokus pada kepedulian penggunaan moneter pada isu lingkungan hidup dan fair trade. Dalam pembahasannya dikemukakan bahwa semua pihak perlu berinvestasi pada infrastruktur untuk menumbuhkan sektor ekonomi dalam sebuah negara.

“Inilah yang dinamakan tingkat investasi publik. Langkah ini tentu sangat membantu perekonomian masyarakat secara proporsional serta mampu meningkatkan kemampuan teknologi,” katanya.

kebutuhan investasi juga tetap harus dipenuhi secara baik tanpa merusak kesinambungan fiskal. Lebih dari itu, kata Hari, langkah ini diperlukan untuk meningkatkan tata kelola investasi infrastruktur dan nilai mata uang.

“Untuk itu, kami mengharapkan dukungan Kementan dan Bappenas dalam mengajukan proposal program
FFPr (Food for Progress) senilai USD 10-12 juta secara on time melalui pihak ketiga baik NGO, universitas maupun asosiasi terkait bidang hortikultura untuk diserahkan kepada USDA paling lambat 15 Mei 2019,” tandasnya.

Recent Posts

Kemenag Perkuat Kemitraan dengan Dunia Industri untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan MAKN

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat kemitraan dengan dunia industru untuk meningkatkan mutu…

58 menit yang lalu

Singgung Orasi Gorok Leher Ketua Ansor DKI; Bukan Ancaman Harfiah, Tapi Ekspresi Kecintaan Mendalam

Oleh: Hamzah Arif* Pernyataan Ketua Ansor DKI Jakarta, Muhammad Ainul Yakin Simatupang, yang viral karena…

2 jam yang lalu

KPID Banten dan KPI Pusat Gelar Literasi Media di Dua Sekolah Kabupaten Lebak

MONITOR, Banten - Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Banten terus menggaungkan pentingnya literasi media di…

2 jam yang lalu

Wamenag Ajak Mahasiswa Jadi Penjaga Persatuan Bangsa di Kongres PMMBN

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Agama Romo R. Muhammad Syafi’i, mengajak mahasiswa untuk menjadi penjaga…

5 jam yang lalu

Delegasi Indonesia Raih Perunggu pada Ajang Prison FitX Challenge di Brunei

MONITOR, Jakarta - Delegasi Pemasyarakatan Indonesia sukses meraih medali perunggu pada ajang Prison FitX Challenge…

5 jam yang lalu

Inilah Lima Dampak Buruk dari Makanan dan Harta Haram

Makanan adalah sumber energi yang bisa memengaruhi terhadap jasmani dan rohani manusia. Untuk itu, Islam…

8 jam yang lalu