JATENG-YOGYAKARTA

32 Jenis Sayuran Organik Semarang Diekspor ke Singapura

MONITOR, Semarang – Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Getasan memiliki sumberdaya pertanian yang luar biasa dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani bahkan pendapatan untuk negara. Pasalnya, petani daerah ini dengan lahan seadanya mampu membudidayakan 32 jenis sayuran organik yang dipasarkan ke supermarket dan pasar ekspor.

“Getasan merupakan daerah sayuran dan sudah diolah menjadi sayuran organik, kelasnya supermarket dan ekspor. Harganya bisa lebih tinggi masuk pasar modern dan ekspor, kuncinya ada pada pengemasan dan prinsip-prinsip yang diterapkan kepada petani,” demikian dikatakan Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi saat meninjau usaha budidaya sayuran organik di Getasan, Semarang, Rabu (1/5/2019).

Budidaya sayuran organik di Getasan ini merupakan binaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dalam pengembangan budidaya sayuran agar diterima pasar modern hingga ekspor, yakni menerapkan 9 prinsip petani yang baik, di antaranya jujur, disiplin dan sebagainya,

“Pendapatan per kepala keluarga petani sebesar Rp 2 juta per bulan dengan luas lahan 1.000 meter. Intinya, semua petani sayuran organik di daerah Getasan ini sejahtera,” beber Suwandi.

Ketua Koordinator Nasional Program Pertanian PBNU, Witjaksono, sekaligus selaku pembinaa sayuran organik di Getasan menerangkan pengembangan budidaya sayuran organik di Getasan hingga saat ini masih dengan bentuk kelompok-kelompok. Namun demikian, ke depan akan membentuk koperasi tani.

“Pola pengembangan yang kami lakukan ini tentunya mengacu pada model kelembagaan tani berbasis ekonomi ummat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan. Masyarakat dengan lahan seadanya, bisa berpenghasilan besar. Ya di atas gaji UMR,” terangnya.

Zaenal, salah seorang petani sekaligus pengekspor sayuran organik Getasan mengatakan sebanyak 32 jenis sayuran organik yang dihasilkan petani dikemas dan dipasarkan langsung dari Getasan. Margin yang diperoleh petani cukup tinggi sehingga pendapatannya yang diperoleh jauh lebih tinggi.

“Seperti harga wortel dalam kemasan bungkusan Rp 7.500 per bungkus. Biaya produksinya hanya Rp 2.500, sehingga keuntungan mencapai Rp 5.000. Wortel rasanya manis,” sebutnya.

Kemudian ada juga pitrut yang harganya Rp 10.000 per bungkus. Timun harganya Rp 7.500 per bungkus, biaya produksinya Rp 3.000. Sayuran organik lainya yang diproduksi seperti piter seley harganya Rp 17.500 per bungkus, sweet potato, daun labu, agas, rusmeri, daun ubi, dan berbagai jenis sayuran lainnya.

“Semuanya masuk supermarket dan sore hari ini diekspor ke Singapura,” pungkas Zaenal.

Recent Posts

Aromatika Indofest 2025 Wangikan Industri Minyak Atsiri Hingga Pasar Global

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan Aromatika Indofest 2025. Ajang ini…

6 jam yang lalu

Layanan Kesehatan Haji 2025 Berakhir, Kemenkes: Jumlah Jemaah Wafat Turun

MONITOR, Jakarta - Operasional layanan kesehatan jemaah haji Indonesia 1446 H/2025 M di Arab Saudi…

8 jam yang lalu

Gelar Sekolah Politik Anggaran, Fraksi PKB Pelototi APBD Kota Depok

MONITOR, Jakarta - Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) sepertinya serius menjawab tantangan Penjabat (Pj) Sekda…

11 jam yang lalu

Kementerian PU Segera Rampungkan Seksi 4 Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat

MONITOR, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus mempercepat penyelesaian Jalan Tol Kuala Tanjung -…

12 jam yang lalu

Program Sekolah Rakyat Solusi Konkret Atasi Akes Pendidikan Keluarga Miskin Ekstrem

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina, meminta pemerintah mengintensifkan pelaksanaan program Peluncuran…

13 jam yang lalu

Menag Minta Kampus PTKIN Kembangkan Ekoteologi

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta kampus Peguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)…

14 jam yang lalu