REVIEW

Berdamai dengan Proses dan Hasil Pemilu

Sepekan lebih pascapemilu Presiden dan Anggota Legislatif 2019 tensi terus memanas dan belum ada tanda-tanda mereda. Peta persaingan khususnya terkait pemilihan presiden dan wakil presiden antara kubu 01 paslon Jokowi-Ma’ruf Amin dan paslon 02 Prabowo-Sandi terus meruncing

Kedua belah pihak makin gencar perang pernyataan di berbagai media termasuk media sosial. Saling tuding kecurangan tak terelakan satu sama lain.

Situasi semakin tak terkendali karena kedua pendukung seperti perang terbuka mulai dari media sosial hingga di aplikasi jejaring pesan whatsApp berbasis smartphone.

Seperti sudah diduga, memanasnya tensi politik pascapemilu yang digelar 17 april 2019 kemarin tak lain karena ketidakpuasan salah satu kubu atas hasil sementara perhitungan suara termasuk hasil hitung cepat atau quick count yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei dengan perolehan suara paslon 01 Jokowi-Ma’ruf lebih unggul dari paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi.

Berkaca dari situ, kubu Prabowo-Sandi lantas menuding telah banyak terjadi kecurangan disana-sini yang mereke sebut masif, terstruktur dan sistematis. Mereka juga membeberkan hasil hitung baik quiccount, maupun realcount yang diklaim menang telak diangka 60 persen lebih.

Tanpa mempertimbangkan hasil perhitungan resmi KPU bahkan mereka sudah mendeklarasikan kemenangannya berkali-kali yang membuat bingung masyarakat.

Gerakan atas ketidakpuasan hasil pilpres terus bergulir, dengan bermodal hasil hitung sendiri dan beragam bukti kecurangan kini gerakan tersebut bahkan kini bahkan mengancam akan melakukan people power atau gerakan masa menolak hasil pilpres yang banyak disuarakan kubu Prabowo-Sandi.

Tanpa kita menutup mata dari berbagai kekurangan pelaksanaan pemilu 2019 termasuk mungkin adanya kecurangan, rasa-rasanya people power mendelegitimasi hasil pemilu yang ujung2nya menjatuhkan pemeritahan yang legitimed sangat tidak perlu, meski ada riak-riak di media dan dunia maya.

Sejatinya pascapemilu kita merasakan situasi yang kondusif di masyarakat. Ini yang sama-sama perlu kita jaga.

Recent Posts

Menteri PU Tinjau Sekolah Rakyat di NTB, Tahap Kedua Dimulai September 2025

MONITOR, NTB - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo meninjau secara langsung digunakannya Sekolah Rakyat…

1 jam yang lalu

Puan Soal Kasus Beras Oplosan, Rakyat Jangan Jadi Korban Pasar yang Tidak Jujur!

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti kasus praktik pengoplosan beras yang ditemukan…

1 jam yang lalu

DPR Nilai Keanggotaan RI di BRICS Dapat Dimanfaatkan untuk Siasati Tekanan Tarif Impor AS

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Charles Meikyansah menyambut baik bergabungnya Indonesia ke…

4 jam yang lalu

Tutup Sukses Operasional Haji 2025, Menag Jelaskan Formula 5BPH

MONITOR, Jakarta - Operasional penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/2025 M sudah selesai. Kelompok terbang (kloter)…

4 jam yang lalu

Canticle of Praise: Rayakan Dua Dekade UPH Choir Merangkai Iman, Musik dan Kedisiplinan Mahasiswa

MONITOR, Jakarta - Terdengar lantang dari salah satu baris penonton—sebuah seruan yang langsung digaungkan kembali…

4 jam yang lalu

BGN Minta Tambah Anggaran Rp118 T untuk MBG, DPR Ingatkan Soal Pembenahan Masalah Krisis Gizi

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Yahya Zaini menanggapi usulan tambahan anggaran…

5 jam yang lalu