MONITOR, Jakarta – Politikus Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Effendi Simbolon menilai bahwa menurunnya tingkat popularitas calon presiden Joko Widodo di Pilpres 2019 lantaran terlalu banyak mengikuti acara seremonial.
Hal itu terkait dengan hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas terhadap elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 itu turun 3,4 persen, dari 52,6 persen pada Oktober 2018 menjadi 49,2 persen.
“Pak Jokowi terlalu banyak mengikuti acara seremonial. Padahal kalau ingin menang, Jokowi selaku petahana harus mengembalikan cara kampanyenya seperti pada Pilkada DKI dan Pilpres 2014 lalu, yakni blusukan,” saran Effendi kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (21/3).
Effendi juga menilai, cara kerja tim kampanye Jokowi-Ma’ruf hanya efektif dipermukaan saja, karena terlalu banyak acara deklarasi-deklarasi. Sementara untuk bersentuhan secara langsung dengan masyarakatnya kurang.
“Saat ini Pak Jokowi terlalu banyak dikendalikan oleh ‘Tim Skoci’ yang mengatur protokoler dan agenda kampanyenya, yang kebanyakan menghadiri acara-acara deklarasi,” ujar Effendi.
“Sudah, tingggalkan saja acara deklarasi-deklarasi itu dan mengandalkan para Caleg itu tidak efektif. Sekarang efektif 20 hari lagi. Pak Jokowi harus blusukan lagi dan bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tegasnya.
Ia pun kembali menyarankan, supaya Jokowi kembali dengan mengefektifkan ‘Tim Kapal Besar’ yang ada seperti PDIP untuk bekerja maksimal di sisa waktu 20 hari ini.
“Gunakan partai seperti PDIP itu kapal besarnya, relawannya malas semua dan jangan mengandalkan ‘Tim Skoci. Dan kata pamungkasnya adalah Jokowi blusukan, itu antitesanya Jokowi blusukan,” tambah dia.
Dimata Effendi, Jokowi seperti kelhilangan figur, padahal Jokowi memiliki ciri khas sendiri yang telah memenangkannya pada Pilkada DKI 2012 lalu dan Pilpres 2014. Sehingga, acara seremonial yang mengubah citra Jokowi, justru menggerus popularitasnya sendiri.
“Disebelah trennya naik, sementara di kita malahan turun, ini harus di waktu yang tersisa. Prabowo itu tidak bisa diatur, sering berbuat kesalahan, tapi kok naik terus. Kembalikan Jokowi seperti ‘Satria Pingit’,” pungkasnya.