Jumat, 29 Maret, 2024

Kisah Sumanto Sukses menggapai Mimpi berkat Jamur Tiram

MONITOR, Malang – Agribisnis jamur Tiram di Kabupaten Malang berkembang dengan baik di dorong oleh pola plasma dan inti yang diterapkan oleh kelompoktani / asosiasi sehingga usahatani jamur tiram dapat berkembang dengan pasar untuk jamur segar dan jamur olahan seperti keripik jamur, nugget jamur, sampai bakso jamur.

Salah seorang perintis usahatani jamur di Kabupaten Malang adalah Bapak Sumanto yang telah menggeluti bisnis jamur tiram sejak tahun 2006. Dengan ketekunan dan kesabarannya, usahatani beliau kini berkembang dengan pesat.

“Saya memulai usaha tani jamur sejak 2006 dengan modal nekat, tetapi saya mau belajar dari yang terbaik, ketika saya tahu di Cianjur ada Pak Triono, saya nekat mencari meminta nasehat dan saran-saran beliau dalam berbudidaya dan usaha baglog jamur, sampai sekarang komunikasi kami berjalan baik, minimal 1 tahun sekali saya sempatkan untuk bertemu,” ujar Sumanto.

“Saya banyak menimba ilmu dari berbagai pelaku usaha jamur daerah lain,” tambahnya.

- Advertisement -

Lokasi usaha Sumanto sendiri terletak di Desa Wonorejo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Kumbung yang dimiliki oleh pak Sumanto telah berkembang menjadi 15 unit kubung, dengan kapasitas pasokan sekitar 5-6 kuintal jamur tiram segar per hari untuk kebutuhan Malang dan sekitarnya.

“Meskipun terbilang cukup mudah dan menguntungkan, budidaya tiram ada masa naik turunya karena itu petani jamur tiram sangat butuh bimbingan dan pelatihan dari Pemerintah” ungkapnya.

”Saya juga membudidayakan jamur kuping kapasitas produksi masih sedikit sekitar 1 kuintal per hari,” terangnya.

Sebagai informasi, Jamur memiliki karakteristik dan keunikan metode budidaya tersendiri, karena dibudidayakan di dalam kumbung yang harus diatur baik suhu dan kelembabannya serta memperhitungkan populasi baglog yang sesuai dengan kapasitas kumbung. Biasanya kapasitas kumbung dengan ukuran 5x 8 meter persegi mampu menampung antara 5.000 – 7.000 baglog.

Sumanto mengaku awalnya hanya membuat ratusan bag log saja dalam sehari, kemuditan setelah melalui berbagai macam proses belajar saat ini beliau sudah mampu memproduksi 1.000-2.000 bag log per hari dengan dibantu puluhan pekerja di lokasi usahanya.

Bag log yang diproduksi berukuran 18 x 35 cm dan berat 1,3 kg, dapat menghasilkan 3,5 ons jamur segar. Biaya produksi per bag log sekitar Rp. 1.500, dengan harga jual yang realtif stabil berkisar antara Rp. 11.000-12.000 / kg, margin keuntungan budidaya jamur tiram dapat mencapai 30-50 % dari modal.

Saat mengunjungi lokasi pengembangan jamur Sumanto, Kasubdit Sayuran Daun dan Jamur, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat (STO), Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Indra Husni berharap agar Sumanto tetap menjaga kontinuitas pasokan dan mutu jamurnya, agar keberlangsungan usahatani dan penjualan baglog dapat terus berkembang.

“Tahun-tahun awal dalam budidaya jamur biasanya merupakan periode yang berat dalam budidaya jamur,” kata Indra Husni.

“Jamur tiram termasuk salah satu jamur pangan dengan nilai ekonomi tinggi dan proses budidaya relatif lebih mudah dibandingkan jamur lain. Media dan sanitasi kumbung merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram. Pemilihan bahan yang cocok bagi pertumbuhan dan kebersihan kumbung merupakan kunci sukses,” ujar Indra Husni.

Saat ini upaya yang dilakukan oleh pak Sumanto adalah membangun jaringan komunitas jamur dari Kabupaten Malang sampai ke Kota Batu. “Teknologi budidaya jamur tiram terus berkembang perlu ada upaya transfer teknologi”, kata pak Sumanto.

“Agar perkembangan jamur tiram terus menjadi lebih baik, dengan membangun komunitas jamur, kami dapat saling bertukar informasi dan sebagai bentuk upaya kami memberdayakan petani. Tidak hanya keuntungan yang kami kejar tapi juga nilai-nilai sosial di masyarakat. Kami ingin maju secara bersama-sama” tambah Sumanto.

Telah ada Komunitas Jamur Malang Raya dengan 79 pembudidaya jamur yang tergabung dalam komunitas tersebut. Selain pertemuan rutin setiap bulan, komunitas ini juga membangun jejaring pasar.

Kapasitas produksi bag log tiap anggota bervariasi antara 200 – 2.000 bag log. Malang sebagai daerah wisata, memliki potensi pasar jamur tiram yang cukup besar, kurang lebih 5 ton per hari jamur tiram segar yang sudah dipasok oleh petani jamur di Kab. Malang.

Heri Suntoro Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, ketika mendampingi tim hortikultura ke lapangan berkata, “Alangkah baiknya komunitas, asosiasi dan kelompoktani jamur pak Sumanto ini bisa bekerjasama dengan Dinas Pertanian untuk penguatan kelembagaan dengan membentuk jaringan kerja yang memberikan posisi tawar yang kuat bagi para petani jamur, karena bila kita kompak dalam mengatur pola tanam dan menentukan harga jual yang wajar, maka keuntungan yang baik akan diterima oleh petani”.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Pak Moh. Ismail Wahab mengatakan, “Telah banyak contoh petani-petani jamur yang sukses dalam membina dan mengembangkan usahatani jamur, kalau di Yogyakarta ada Pak Ratijo, di Cianjur ada Pak Triyono, nah di Malang ada Pak Sumanto, ini menunjukkan bahwa dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas kita mampu menggantungkan matapencaharian kita pada usahatani jamur”.

“Jamur merupakan salah satu komoditas hortikultura yang eksotik dan potensi ekspornya cukup terbuka luas pada tahun 2018 volume ekspor jamur sebesar 131.796 kg dengan nilai nilai US$ 511.037,- yang setara dengan Rp. 7.1 Milyar (kurs. Rp. 14.000,- per dolar), untuk ke depan produksi jamur akan terus kita didorong melalui perbaikan teknologi budidaya dan ketersediaan benih bermutu.”

Selain peningkatan produksi jamur lokal beberapa jenis jamur yang sulit di budidayakan di dalam negeri juga perlu dikembangkan, untuk menekan volume impor jamur. “Berbagai kegiatan pemasyarakatan konsumsi jamur juga perlu disemarakkan karena menjadi bagian penting untuk meningkatkan permintaan jamur”’ tutup Ismail.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER