POLITIK

Persoalan Ekonomi Dongkrak Elektabilitas Prabowo-Sandi?

MONITOR, Jakarta – Persoalan ekonomi yang ditandai dengan naiknya harga kebutuhan pokok, dinilai menjadi penyebab merangkaknya elektabilitas Prabowo-Sandi. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Survei dan Poling Indonesia (SPIN) Igor Digantara.

Menurut Igor, dari survei yang dikeluarkannya eletabilitas pasangan capres nomor urut 02 Prabowo-Sandi mengejar elektabilitas pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin dengan hasil selisih 8 persen.

“Pasangan Jokowi-Ma’ruf masih unggul 49 persen sementara Prabowo-Sandi 41 persen, sisanya 10 persen belum menjawab. Dan persoalan ekonomi yang menjadi penyebab elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi terus merangkak naik,”jelas Igor.

Dibeberkan Igor, dari survei SPIN, momentum terpenting semakin mengecilnya jarak elektabilitas kedua pasangan calon ini adalah adanya persepsi publik soal ekonomi yang belum membaik dan meningkatnya harga kebutuhan pokok.

Dengan pertanyaan tertutup, saat responden ditanya tiga hal yang paling mengkhawatirkan mereka terkait kondisi umum akhir-akhir ini, maka persoalan lapangan kerja dan pengangguran menempati urutan teratas (68%), disusul naiknya harga-harga kebutuhan pokok (64%), serta korupsi (52%). Sementara untuk dua hal yang paling mengkhawatirkan terkait masalah ekonomi,73% menjawab naiknya harga-harga kebutuhan pokok, diikuti oleh masalah lapangan kerja dan
pengangguran sebanyak 44 %. Ada 59% responden yang mengatakan bahwa harga makanan dan kebutuhan pokok lainnya meningkat, sedangkan 37% menjawab sama saja (tidak berubah), dan hanya 4% yang menjawab harga turun.

“Kondisi keuangan masyarakat dalam dua tahun belakangan ini bisa dibilang juga tidak membaik. Salah satu contohnya adalah soal uang tambahan yang bisa ditabung. Yang menjawab lebih sedikit ada 44%, sama saja (41%), lebih banyak 13%, dan yang menjawab tidak tahu 2%. Ini artinya, kebijakan dalam bidang ekonomi pemerintahan Jokowi belum meningkatkan kondisi ekonomi individu.
Hanya 18% yang menyebutkan bahwa mereka mempunyai lebih banyak uang untuk kebutuhan sehari-hari,”bebernya.

Sebagian besar menyebutkan bahwa mereka punya lebih sedikit uang atau sama saja
dibandingkan dua tahun lalu.

Hasil survei SPIN pun menunjukkan bahwa akses terhadap peluang ekonomi dan pemberdayaan masih merupakan kendala terbesar bagi rakyat Indonesia. Masyarakat masih belum merasakan kehadiran
pemerintah dalam mendukung pemberdayaan.

“Walaupun 45% merasa cukup didukung, namun hanya 11% yang merasa sangat didukung, 30% sedikit didukung, 12% merasa sama sekali tidak didukung,”tandasnya.

Survey SPIN dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2018 – 08 Januari 2019 melibatkan 1213 responden dan menggunakan metode Multistage random sampling, Margin of error sebesar 3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Recent Posts

Menag Jenguk Korban Bangunan Majelis Taklim yang Ambruk

MONITOR, Bogor - Menteri Agama Nasaruddin Umar hari ini menyambangi Rumah Sakit Palang Merah Indonesia…

6 menit yang lalu

Tutup Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah, Menteri PPPA Tekankan Pondasi Agama dan Budi Pekerti

MONITOR, Banten - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, menyampaikan keynote…

16 menit yang lalu

Orientasi Maba Pascasarjana, UID tegaskan Komitmen Membangun Profesionalitas Akademik

MONITOR, Depok - Universitas Islam Depok (UID) menggelar kegiatan Orientasi dan Matrikulasi Mahasiswa Baru Pascasarjana…

60 menit yang lalu

Arus Lalu Lintas Kembali ke Jabotabek Meningkat, Jasa Marga Catat 161 Ribu Kendaraan Naik 25,65 Persen

MONITOR, Jakarta - Direktur Utama Jasa Marga Rivan Achmad Purwantono menyampaikan, arus lalu lintas kembali…

3 jam yang lalu

Direktur PTKI: PPG, Penghargaan Kemenag pada Perjuangan Guru

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama tahun ini melakukan akselerasi penyelenggaraan program Pendidikan Profesi Guru (PPG).…

8 jam yang lalu

DPR Sudah Penuhi Tuntutan 17+8 Rakyat, Lembaga Lain Dinanti

MONITOR, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sudah menanggapi tuntutan 17+8 rakyat dengan mengeluarkan…

12 jam yang lalu