Minggu, 24 November, 2024

Petani Milenial Bangga Kembangkan Sayuran Organik

MONITOR, Semarang – Desa pertanian organik merupakan nawacita Presiden untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan kemandirian ekonomi di bidang pangan. Sejak 2016 Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran pengembangan 250 desa pertanian organik khusus komoditas hortikultura di seluruh Indonesia. Sebanyak 37 desa di antaranya berlokasi di Jawa Tengah.

Shofyan Adi Cahyono (23), Ketua Kelompok Tani Muda Citra Muda, Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang bersama kelompoknya membudidayakan sedikitnya 40 jenis tanaman sayur organik. Sofyan yang juga tercatat mahasiswa S2 jurusan pertanian ini terus berinovasi dan mengajak milenial lainnya untuk menerapkan pertanian organik.

“Saya sangat bangga menjadi petani organik. Dari usaha ini saya merasa bisa hidup nyaman, sejahtera, dapat menyehatkan masyarakat dengan produknya. Sekaligus menjaga kelestarian alam,” ujarnya.

Petani muda ini pernah diwawancarai dan diberitakan di majalah IMF karena keberhasilannya mengembangkan pertanian organik dan sekaligus menjual produknya secara online. Akhir Maret 2019 Sofyan juga dijadwalkan mewakili Indonesia ke Taiwan untuk mengikuti workshop pertanian organik.

- Advertisement -

Di lahan seluas 10 hektare bersama 30 anggota kelompok tani berusia 20 – 40 tahun, mampu membudidayakan sayuran organik sesuai standar.
Produk bermerk dagang “ SOM “( Sayuran Organik Merbabu) ini selain memenuhi permintaan masyarakat sekitar, juga sudah melayani permintaan dari berbagai kota.

“Kami sudah melayani penjualan ke Jogyakarta, Surabaya, DKI Jakarta, beberapa kota di Jawa Barat, bahkan penjualan secara online sampai ke Pulau Kalimantan,” kata Sofyan saat menerima kunjungan Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf beberapa waktu lalu.

Pengembangan sayuran organik ini mendapat dukungan dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Provinsi Jawa Tengah, “Jajaran BPTPHP selalu siap memberikan dukungan berupa bimbingan dan pendampingan teknis budidaya pertanian organik, dan KT Citra Muda diupayakan segera mendapatkan sertifikasi organiknya pada tahun 2019 ini,” ujar Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan , Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Provinsi Jawa Tengah, Herawati.

Saat berkunjung, Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf merasa bangga karena mulai banyak muncul anak muda yang enerjik dan kreatif dengan dunia pertanian organik. “Kalau di Indonesia ada 100 kelompok tani milenial seperti Kelompok Tani Citra Muda, Indonesia akan mudah untuk memenuhi permintaan pasar produk pertanian organik, baik pasar dalam maupun luar negeri.”

Direktur yang biasa dipanggil Yanti ini sekaligus menekankan pentingnya pengawalan intensif dari petugas lapang beserta POPT/PHP. Para petugas akan mengawal peningkatan mutu dan pengamanan produksi hortikultura melalui gerakan pengendalian OPT. Upaya ini dilakukan dengan penerapan teknologi pengendalian sederhana dan ramah lingkungan.

“Tahun 2019, Ditjen Hortikultura mendorong petani untuk menerapkan budidaya ramah lingkungan, dengan mengaplikasikan lebih banyak bahan organik dan bahan pengendali biologi, mulai dari persiapan lahan, pemeliharaan, sampai pasca panen,” ujar Yanti.

Dewasa ini produk hortikultura organik semakin dicari konsumen yang peduli dengan kesehatannya. Komoditas ini bebas dari penggunaan bahan kimia baik pupuk, pestisida dan bahan tambahan lainnya.

“Saya optimis pelaksanaan kegiatan desa pertanian organik berbasis hortikultura akan berdampak nyata pada penyediaan produk yang sehat, aman konsumsi, ramah lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petaninya,” jelas Yanti.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER