Sabtu, 20 April, 2024

Serap Jagung di Lebak, Kementan Dorong Korporasi Petani kerjasama dengan Produsen Pakan Ternak

MONITOR, Lebak – Untuk memberdayakan petani/kelompok tani, Kementerian Pertanian mendorong korporasi petani bekerjasama dengan produsen pakan ternak dalam menyerap hasil panen jagung petani Lebak, Banten. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita saat mewakili Menteri Pertanian dalam acara Gerakan Panen Jagung Hibrida di lokasi Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Berbasis Korporasi Petani di Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak pada hari ini Senin (25/02).

“Pilot project pengembangan kawasan jagung berbasis hibrida ini adalah hal yang baru yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian”, ungkap I Ketut Diarmita. Ia katakan juga bahwa gerakan panen jagung ini adalah untuk membangkitkan semangat petani guna mendukung swasembada jagung nasional dan mensukseskan kegiatan Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Berbasis Korporasi Petani yang dilaksanakan selama 2 (dua) tahun dari 2018 – 2019.

“Melalui pilot project ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas yang semula rata-rata hanya 3 ton/ha menjadi minimal 7–8 ton/ha. Selain itu juga untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing wilayah, serta memperkuat sistem usaha tani secara utuh dalam satu manajemen kawasan”, ujar I Ketut Diarmita. “Pilot project ini tentunya juga akan memperkuat kelembagaan petani dalam mengakses informasi, teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan serta pengolahan dan pemasaran”, tambahnya.

Lebih lanjut I Ketut mengatakan, dalam pakan unggas, jagung merupakan komponen penting karena berkontribusi sekitar 40-50 persen dalam formulasi pakan. Menurutnya, berdasarkan data prognosa jagung tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan dari total penggunaan jagung di Indonesia sebesar 15,58 juta ton dan sekitar 66,1 persen atau sekitar 10,3 juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri pakan dan peternak mandiri.

- Advertisement -

Ia katakan bahwa pada tahun 2019 Industri pakan memerlukan 8,59 juta ton dan peternak mandiri 2,9 juta ton. Hal ini menurutnya, dapat menjadi pendorong bagi berkembangnya agribisnis jagung di Indonesia untuk peningkatan produksi dan kesejahteraan petani. Sekaligus sebagai motor penggerak pembangunan di pedesaan.

Dengan adanya Pilot Project Kabupaten Lebak ini, I Ketut Diarmita berharap, para petani dapat menyuplai kebutuhan jagung bagi produsen pakan dan peternak. Tidak hanya yang berada di wilayah Lebak, tapi juga kabupaten sekitarnya.

I Ketut mencatat di Provinsi Banten terdapat setidaknya 16 perusahaan yang bergerak di industri pakan ternak. Melalui pengembangan kawasan jagung berbasis korporasi ini, I Ketut berharap ada kerjasama yang kuat antara kelompok tani maupun Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang berbudidaya jagung dengan Perum BULOG dan industri pakan untuk menjaga stabilitas harga jagung, agar minat petani untuk terus berbudidaya jagung terus terpelihara dalam rangka mendukung ketahanan pangan Indonesia.

“Kita ingin petani jagung untung dan peternak juga untung”, ujar I Ketut Diarmita. Ia sebutkan bahwa dasar aturan yang digunakan sebagai pedoman harga jagung adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Harga Acuan Pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen. Dalam Permendag ini harga pembelian jagung di tingkat petani dengan kadar air 15% sebesar Rp. 3.150 per kilogram (Kg), dan harga acuan penjualan di industri pengguna (sebagai pakan ternak) Rp. 4.000 per kg.

“Peran Perum BULOG di sini sangat strategis dalam menjaga harga jagung pada saat panen raya seperti ini”, ungkap I Ketut.

*Sistem Logistik Jagung Terintegrasi Menjadi Solusi Kebutuhan Jagung*

I Ketut Diarmita juga mengungkapkan, meskipun kebutuhan jagung untuk industri pakan dan peternakan sangat besar, masih terdapat 2 (dua) masalah pokok, yakni fluktuasi produksi dan pergeseran sentra produksi jagung.

Lebih lanjut I Ketut menjelaskan dari total produksi jagung selama setahun, sekitar 75 persen total produksi tersebut terjadi pada bulan Januari hingga Agustus, sedangkan kebutuhan industri pakan dan peternak mandiri relatif konstan sepanjang tahun. Fluktuasi produksi dalam setahun ini akan menimbulkan peluang terjadinya guncangan terhadap harga jagung domestik

Terkait pergeseran sentra produksi jagung dari awalnya Jawa ke wilayah Sumatera dan wilayah Timur Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sementara itu sentra pabrik pakan masih terpusat di 2 (dua) pulau besar yaitu Jawa dan Sumatera.

I Ketut menyampaikan solusi untuk kedua masalah utama yakni dengan membangun sistem logistik jagung yang terintegrasi dari wilayah sentra produksi hingga ke sentra konsumsi.

“Sistem logistik jagung yang terintegrasi mencakup proses perencanaan produksi, implementasi produksi serta pengendalian jagung secara efektif dan efisien termasuk jasa transportasi, penyimpanan dan sistem informasi pendukung (data produksi, konsumsi, harga) dari daerah asal produksi menuju titik konsumsi”, terang I Ketut.

Terkait membangun manajemen logistik jagung yang terintegrasi, I Ketut memandang peran Perum BULOG sangat strategis dan berharap Perum BULOG dapat menjembatani kepentingan petani sebagai produsen serta kepentingan peternak dan industri pakan sebagai pihak konsumen.

Berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dede Supriatna menyebutkan panen dilaksanakan di 4 (empat) desa dengan total luas 1.000 ha yaitu Desa Bulakan seluas 600 ha (Lembaga Masyarakat Desa Hutan/LMDH Giri Mukti dan Kelompok Tani Mekar Jaya), Desa Gunungkendeng seluas 200 ha (LMDH Wanatani Gerlap), Desa Tanjungsari Indah seluas 65 Ha (LMDH Wana Mekar Sari), dan Desa Kramatjaya seluas 135 Ha (LMDH Mukti Jaya).

Bupati Lebak, Iti Octavia menyampaikan pengembangan jagung berbasis korporasi merupakan upaya meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan ekonomi yang pada akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini menurutnya sangat sinergi dengan program Lebak Sejahtera yang sedang digulirkan.

“Kami menyambut positif pengembangan jagung berbasis korporasi dari bantuan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Provinsi Banten”, ungkapnya. Kegiatan ini juga melibatkan para pihak terkait, seperti BPPT, Otoritas Jasa Keuangan, Perbankan, pelaku usaha, dan TNI

“Ini merupakan komitmen kita bersama untuk meningkatkan produksi jagung di Kabupaten Lebak”, tutupnya

Contact Person:
Ir. Sri Widayati, MMA (Direktur Pakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian)

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER