PERTANIAN

Harga Cabai Jatuh, Begini Solusi Kementan

MONITOR, Jakarta – Ditengah perkembangan harga cabai yang terus menurun di tingkat petani di beberapa sentra produksi, pemerintah tidak tinggal diam. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan berupaya melakukan konsolidasi untuk mencari solusi yang cepat, tepat dan bisa dieksekusi.

Senin malam, 4 Februari 2019 Direktur Jenderal Hortikutura, Suwandi mengumpulkan petani cabai andalan yang tergabung dalam champion cabai dari 20 dinas pertanian kabupaten sentra utama, dinas-dinas pertanian sentra cabai, KTNA, HKTI dan Satgas Pangan.

Menghadapi masalah menurunnya harga cabai, Suwandi memaparkan beberapa alternatif pilihan. “Kita dorong sektor hilir, seperti logistik distribusi, substitusi bahan olahan industri dengan cabai lokal, pengembangan industri olahan skala rumah tangga hingga bazar dan pasar lelang cabai”, terang Suwandi.

“Selain itu kita bangun koordinasi dengan pihak asosiasi penerbangan Indonesia untuk meringankan biaya kargo dan mendorong pemerintah daerah tetap menginisiasi pasar lelang cabai”, tuturnya.

“Kita tidak bisa menyelesaikan semua masalah sendiri-sendiri, tapi perlu dukungan dari berbagai sektor”, tambahnya.

Bahkan yang terpenting saat ini agar ongkos kargo pesawat untuk mengirim ke luar Jawa lebih murah, “saat ini banyak dikeluhkan naiknya biaya angkut pesawat”, jelas Dirjen termuda di Kementerian Pertanian ini.

Suwandi menyampaikan agar petani mengikuti 10 jurus stabilisasi pasokan dan harga stabil, yakni pertama, gunakan benih unggul sehingga produksi dan provitas naik; kedua ikuti anjuran manajemen pola tanam, diversifikasi tanam dan tumpang sari dari petani champion; ketiga pupuk organik ramah lingkungan dibuat sendiri sehingga efisien biaya; keempat, pestisida hayati ramah lingkungan dibuat sendiri; kelima, terapkan cara pasca panen yang baik; keenam hirilisasi olahan pasta, goreng dan lainnya dengan skala rumah tangga dan usaha kecil; ketujuh, bangun kemitraan dengan usaha olahan dan pasar; kedelapan, membentuk koperasi sehingga terkoordinir, teknologinya seragam dan hasil pasarnya bersama-sama; kesembilan, membentuk pasar lelang di level _farmgate_ sehingga petani peroleh harga tertinggi, _cash and carry_ dan tercipta _one region_ produk bersama champion; kesepuluh membangun sistem logistik dan _coldstorage_ untuk menyimpan produk dalam jumlah besar untuk memasok antar pulau maupun ekspor.

Kementan bersama Pemda dan Penyuluh membina petani untuk efisiensi input dengan cara memproduksi sendiri pupuk organik dan pestisida hayati ramah lingkungan, memfasilitasi benih unggul serta sarana pasca panen sesuai skala prioritas.

“10 jurus tersebut sebagian merupakan solusi jangka pendek dan sebagian solusi jangka menengah dan panjang”, ujar mantan Kapusdatin Kementan ini.

Dari hasil koordinasi dengan berbagai pihak, dihasilkan beberapa solusi yang bersifat jangka pendek, menengah dan panjang. Jangka pendek yang bisa dilakukan antara lain: Pemda dan ASN membeli langsung ke petani, membuka pasar tani di pusat keramaian, melakukan menjalin kemitraan dengan industri makanan, mencari alternatif angkutan yang lebih murah. Untuk jangka menengah meningkatkan provitas untuk menekan BEP dan pengembangan industri olahan. sedangkan untuk jangka panjang bisa dilakukan dengan penumbuhan unit pengolahan atau BUMD dengan dukungan logistik modern.

Suwandi juga menyampaikan beberapa solusi yang sifatnya mendasar dalam menjaga stabilisasi harga. “Kita harus hitung dulu berapa tingkat kebutuhan perwilayahan, baru kita hitung berapa yang harus kita tanam”, terang pria yang akrab dipanggil Wandi ini

Suwandi menambahkan bahwa penanaman cabai tetap berbasis kawasan, namun harus dihitung berdasarkan kapasitas kebutuhan di masing-masing daerah. “Kuncinya satu, tingkat kepatuhan manajemen pola tanamnya harus dikawal ketat”, tegasnya.

Hamid, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia menjelaskan bahwa pelaku usaha cabai Indonesia harus mampu mengembangkan diri baik teknologi maupun pemasaran. “Kalau kita bisa meningkatkan kemampuan dan teknologi, misal di budidaya atau pengolahan, banyak permasalahan cabai yang bisa kita selesaikan”, terangnya.

Minimal dengan demikian dapat mengurangi resiko kerugian akibat harga fluktuatif, ‘’yang jadi masalah sebenarnya bukan harga yang murah saja, tetapi biaya produksi kita yang mahal, nah kita harus bisa mengurangi biaya usaha tani agar cabai dan petani kita bisa tetap eksis”, tuturnya.

Recent Posts

Asrama Ambruk, Kemenag Berduka dan Beri Bantuan Pesantren Syekh Abdul Qodir

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama berduka atas peristiwa ambruk atap satu ruang asrama putri di…

2 jam yang lalu

Refleksi Satu Tahun Asta Cita Presiden Prabowo Bidang Diplomasi dan Pertahanan Nasional

MONITOR, Tangerang Selatan - Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Uama (PP ISNU) bekerja sama dengan…

4 jam yang lalu

Dukung Maung Pindad Jadi Mobil Nasional, DPR: Potensinya Besar

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, mendukung rencana…

5 jam yang lalu

Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT

MONITOR, NTT - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bersama sejumlah pemangku kepentingan memfasilitasi…

6 jam yang lalu

Asrama Ambruk Lagi, Waketum PBNU Minta Pemerintah Bantu

MONITOR, Jakarta - Musibah kembali menimpa warga Pondok Pesantren. Lokasinya di Situbondo, Jawa Timur. Sebuah…

6 jam yang lalu

Hadiri Pemusnahan 214 Ton Narkoba, Puan Ingatkan Pentingnya Perlindungan Generasi Muda

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri acara pemusnahan barang bukti narkoba hasil…

7 jam yang lalu