MONITOR, Jakarta – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) prihatin atas pemberitaan mengenai ancaman bencana gempa dan tsunami, yang belakangan ini santer disiarkan media harian nasional. Apalagi, berdasarkan riset para peneliti gempa bumi, keberadaan patahan aktif bisa jadi memicu bencana di wilayah Indonesia.
Kendati demikian, Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan masyarakat tak perlu panik. Akan tetapi, ia juga menghimbau agar tidak mengabaikan risiko bencana.
“Memang, kita tak harus panik, namun juga tak boleh menafikan, apalagi mengabaikan risiko bencana. Jangan juga data-data para ahli ini dianggap menakut-nakuti dan mengancam investasi di daerah,” ujar Retno dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/1).
Retno mengatakan, pemerintah harus sigap memberikan edukasi dan membangun kesadaran warga Negara akan ancaman bencana, karena kesiap-siagaan menghadapi bencana akan meminimalkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
Misalnya, kata Retno, dengan membuat papan petunjuk evakuasi dan titik kumpul di semua sekolah dan juga di lingkungan RT/RW, yang berada di zona rentan bencana maupun tidak. Lalu, menggalakkan sosialisasi ke masyarakat maupun pihak sekolah untuk simulasi bencana secara rutin.
“Kemdikbud, Kemenag dan Dinas-dinas pendidikan sesegera mungkin membuat program pelatihan bagi seluruh guru untuk memiliki kemampuan melakukan simulasi bencana di sekolah, mengingat bencana bisa datang saat anak-anak berada di sekolah,” kata Retno.
Selain itu, ia mendesak agar Kemdikbud, Kemenag dan Kemenristekdikti untuk segera menyusun kurikulum pendidikan kebencanaan yang dimasukan dalam mata pelajaran terkait, sehingga tidak membebani peserta didik.
“Pengetahuan kebencanaan sangat penting diberikan, sehingga kita dapat memaksimalkan mitigasi bencana, dan menguatkan logika dan rasionalitas peserta didik bahwa bencana di negeri ini adalah keniscayaan yang harus diantisipasi dengan kesiapsiaagaan, bukan mengaitkan bencana dengan azab dan politik,” pungkas Retno.
Sebagaimana informasi, Peta Sumber Gempa Nasional 2017 telah memetakan jalur patahan darat di Indonesia, walaupun sebagian besar belum dalam skala detail. Dari peta termutakhir ini diketahui sebanyak empat juta penduduk dan 2.892 bangunan sekolah berada dalam zona bahaya radius satu kilometer dari jalur sesar.
Menurut Peta (2017) tersebut, ditemukan fasilitas pendidikan di zona kerentanan tinggi sebanyak 2.892 bangunan sekolah, fasilitas kesehatan sebanyak 40 rumah sakit dan 126 puskesmas, dan jumlah penduduk mencapai 4.103.975jiwa. Sedangkan infrastruktur transportasi sebanyak 11 pelabuhan, 21 terminal, 2 stasiun, 237 ruas jalan provinsi sepanjang 652,3 km, 31 ruas jalur kereta api dengan panjang 83,3 km, 15 ruas jalan tol sepanjang 20,1 km.