ULASAN

Mengenal Cak Nanto, Ketum Pemuda Muhammadiyah Pengganti Dahnil

MONITOR – Sunanto, atau yang akrab disapa Cak Nanto, akhirnya mengemban amanah sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah. Ia resmi menggantikan peran Dahnil Anzar Simanjuntak sejak tadi malam, Rabu (28/11), usai meraih kepercayaan para peserta muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-XVII di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Cak Nanto, lahir di Sumenep, Jawa Timur. Ia merupakan kader otentik persyarikatan yang tumbuh dan berkembang dari proses perkaderan Muhammadiyah. Ia dibesarkan di Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Sumenep.

Alumni Pondok Pesantren Sobron, Jawa Tengah, ini berjuang memupuk kapasitas dirinya dengan aktif bergiat di ortom; IPM, IMM, dan Pemuda Muhammadiyah. Sebelum terpilih menjadi ketua umum, Cak Nanto merupakan Ketua Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga Pemuda Muhammadiyah.

Dikalangan aktivis demokrasi, Cak Nanto sangat tersohor. Ia tokoh muda yang merawat demokrasi. Hari-hari Cak Nanto selain berdakwah di persyarikatan juga bekerja di dunia kepemiluan. Sepuluh tahun sudah ia di Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR). Sampai sekarang, Cak Nanto adalah Koordinator Nasional JPPR.

Terkait Muktamar Pemuda Muhammadiyah, Cak Nanto tak mau mengorbankan proses yang panjang ini dengan suatu gerakan dukung mendukung. Ia ingin menjaga khittah dan marwah Persyarikatan Muhammadiyah, namun menurutnya perlu juga mengisi ruang politik dengan keadaban dan kebajikan. Sebab, menurutnya, jangan pernah berpangku tangan dan menunggu untuk berkemajuan.

Selain itu, Cak Nanto akan memperkokoh gerakan Pemuda Muhammadiyah di bawah tenda besar tauhid, ilmu, dan amal. Bagi Cak Nanto, Pemuda Muhammadiyah kan terus bergerak memajukan bangsa.

“Kemajuan, dalam komitmen saya juga terletak pada kemajuan dan kesuksesan dalam berkepribadian,” pungkasnya.

Di tahun politik ini, menurut Cak Nanto, sesuai dengan amanah Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir, yakni semua kader harus menjaga khittah Persyarikatan Muhammadiyah. Para kader persyarikatan harus menjaga kedekatan yang sama dengan semua partai politik dan calon presiden.

“Muhammadiyah adalah gerakan islam, dakwah dan kultural. Tidak boleh menyeretnya kepada kepentingan politik pragmatis. Individu-Individu silakan, itu pilihan, tapi jangan bawa-bawa nama besar muhammadiyah,” imbuhnya.

Recent Posts

Khutbah Idul Adha, Prof Rokhmin ungkap 7 Esensi Rukun Ibadah Haji untuk Memaknai Hakikat Hidup

MONITOR, Jakarta - Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS…

7 menit yang lalu

Kementerian PU Kebut Penyelesaian Tol Betung-Tempino-Jambi Seksi Tempino-Interchange Ness

MONITOR, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum secara bertahap terus menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Betung –…

42 menit yang lalu

Sambut Hari Raya Idul Adha, Pertamina Patra Niaga Tambah Pasokan 7,4 Juta Tabung LPG 3 Kg

MONITOR, Jakarta - Menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 H, Pertamina Patra Niaga kembali memastikan…

5 jam yang lalu

Ini Petunjuk Ibadah bagi Jemaah Haji Wukuf!

MONITOR, Jakarta - Pada fase Wukuf, ada 1.392 jemaah haji Indonesia dari kloter (kelompok terbang)…

8 jam yang lalu

Israel Serang RS Indonesia di Gaza, DPR Desak PBB Kirim Pasukan Perdamaian ke Palestina

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR Sukamta mengecam serangan militer Israel terhadap Rumah Sakit…

10 jam yang lalu

DPR Minta Oknum Daerah yang Lakukan Pembiaran Tambang Ilegal di Gunung Kuda Cirebon Juga Diusut!

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Abdullah menyoroti insiden longsor yang merenggut 21…

12 jam yang lalu