MONITOR, Jakarta – Kondisi perekonomian Indonesia yang dirasakan sebagian besar masyarakat semakin memburuk, mendapat sorotan dari mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli.
Ekonom senior ini pun mengkritik pembangunan ekonomi di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, saat ini dari dua mesin untuk mengendalikan ekonomi, hanya salah satu yang berjalan dengan baik.
Rizal mengibaratkan pengendalian ekonomi negara layaknya sebuah pesawat yang membutuhkan dua mesin. Mesin pertama, yaitu moneter. Sedangkan mesin kedua adalah fiskal dan sektor riil.
Untuk mesin pertama, Rizal memujinya. Menurut dia, pengendalian sisi moneter di bawah kepemimpinan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sangat baik. “Sangat proaktif dan ahead of the curve untuk stabilkan rupiah,” kata Rizal Ramli dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 November 2018.
Meski begitu, Rizal Ramli menilai, mesin kedua payah, karena tidak ada terobosan di sektor fiskal dan riil. “Kepincangan peran itu akan berdampak pada stagnasi ekonomi di 5 persen,” kata dia. Oleh karena itu ia meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut di kisaran 5 persen karena andalan utama hanya kebijakan moneter.
Lebih lanjut Rizal mengatakan beberapa waktu lalu BI menandatangani perjanjian currency swap dengan Cina senilai US$ 28,8 miliar atau sekitar 200 miliar yuan. Ia menilai hal itu bagus untuk Cina karena memperkuat posisi yuan dan meningkatkan hubungan bisnis dengan Indonesia. “Untuk Indonesia, membantu stabilkan rupiah, kurangi peranan dolar AS dalam transaksi valuta asing,” katanya.
Tetapi, menurut Rizal, persediaan atau suplai valuta asing tidak akan berubah, kecuali ada terobosan berarti di sektor riil. Oleh karena itu ia menyarankan kajian menyeluruh harus dilakukan, di antaranya soal implikasi geopolitiknya.