Sabtu, 20 April, 2024

Dihadapan Ribuan Santri, Ketua MPR Ingatkan Pentingnya Penguasaan Iptek

MONITOR, Jakarta – Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengingatkan bahwa hidup di dunia itu berlaku hukum alam, siapa yang kuat akan menjadi raja, karena menguasai yang lemah. Karena itu, umat Islam harus bersatu, jangan sampai terpecah belah agar tidak mudah dikalahkan.

Hal itu disampaikan Zulkifli dihadapan ribuan santri saat memberikan sambutan pada acara Qini Nasional ke 139, di Ponpes Tarekat Idrisiyyah Tasikmalaya, Jawa Barat, sekaligus peringatan maulid Nabi SAW, Sabtu (24/11) malam.

“Perpecahan membuat kita lemah, sehingga mudah dikalahkan. Sejarah telah memberikan pelajaran, penjajah Belanda bisa memadamkan aksi perlawanan para pejuang karena kita mau dipecah belah”, kata Zulkifli Hasan.

Untuk diketahui, Qini Nasional adalah Even tarekat yang dilaksanakan setahun tiga kali, masing-masing pada bulan Maulid, Rajab, dan Zulhijjah. Qini nasional dilaksanakan untuk menyambung silaturrahim, antara Mursyid tarekat dengan murid, agar para murid bisa terus mendapat bimbingan Islam.

- Advertisement -

Pelaksanaan Qini Nasional pertama kali dilaksanakan pada 1978. Qini Nasiomal yang dilaksanakan bulan Maulud tahun ini adalah yang ke 139. Ikut hadir pada acara tersebut, Mursyid Tarekat Idrisiyyah Tasikmalaya Syekh Muhammad Fathurahman M. Ag

Selain menjaga persatuan, Ketua MPR yang akrab disapa Zulhasan ini mengatakan, para santri dan generasi muda harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Karena hanya dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologilah bangsa Indonesia bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

“Saat ini SDM kita tertinggal jauh, dibanding negara lain dan hanya berada pada urutan ke 62 di dunia. Butuh perjuangan keras agar bisa mensejajarkan diri dengan bangsa lain. Karena itu banyaklah belajar dan membaca buku,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Zulhas kembali menegaskan, jika santri dan ulama selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Pada 1905, sebelum lahirnya Budi Utomo terlebih dahulu lahir Sarikat Islam. Kemudian Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama serta organisasi Islam lainnya.

Bahkan, sebelum lahirnya Pancasila pada 18 Agustus 1945, sudah disahkan dahulu naskah Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Tetapi, karena ada keberatan sejumlah tokoh Indonesia Timur, para ulama rela mengorbankan naskah Piagam Jakarta, dan menerima Pancasila 18 Agustus, semata-mata agar proklamasi Kemerdekaan Indonesia bisa dipertahankan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER