Jumat, 29 Maret, 2024

Penerapan Pengendalian OPT secara Pre-emtif Capai Swasembada Kentang Industri 2020

MONITOR, Denpasar – Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia. Budidaya tanaman kentang harus dilakukan secara optimal karena kentang merupakan bahan pangan alternatif yang kaya akan karbohidrat dan protein.

Sejak tahun 2018 Indonesia sudah swasembada kentang untuk keperluan konsumsi (red: kentang sayur), sedangkan kentang untuk kebutuhan bahan baku industri (red: keripik, french fries) yang selama ini masih impor.

Direktorat Jenderal Hortikultura menargetkan swasembada paling lambat tahun 2020. Hal ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bahwa Kementan harus terus meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor komoditas hortikultura. Kementan menggandeng pelaku usaha dalam peningkatan produksi kentang industri.

- Advertisement -

Menyikapi target swasembada kentang untuk industri pada 2020, Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf menyatakan bahwa salah satu kunci penting keberhasilan tercapainya swasembada kentang untuk industri tahun 2020 tidak terlepas dari peran penting pengendalian serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) pada tanaman hortikultura.

“Dalam budidaya pertanian tak terkecuali dalam budidaya tanaman kentang, adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu kendala yang dihadapi sejak di lapangan sampai penyimpanan,” jelas Sri.

Phytophthora infestans menyebabkan penyakit hawar daun kentang merupakan salah satu patogen penting pada kentang. Saat ini P. infestans masih menjadi kendala bagi petani terutama pada musim penghujan.

Tanaman kentang terinfeksi patogen P. Infestans ditandai dengan munculnya bercak lebar pada daun yang awalnya berupa bercak hijau pucat namun lama kelamaan akan berwarna gelap. Sedangkan umbi kentang yang terinfeksi menunjukkan gejala bercak yang agak cekung berwarna cokelat atau hitam – ungu.

Perkembangan patogen P. Infestans pada tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban. Perkecambahan spora P. Infestans terjadi pada permukaan bawah daun saat kelembaban <90% dan suhu 3-26oC. Meskipun demikian 18-20oC merupakan suhu optimum bagi sporulasi yang dapat menyebabkan perkembangan bercak yang cepat. Selain itu, kondisi kelembaban dan curah hujan yang tinggi pada musim penghujan memiliki korelasi positif dengan intensitas penyakit hawar daun kentang.

Pada pertemuan koordinasi pelaksanaan kegiatan perlindungan hortikultura dengan seluruh Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) tanggal 14-17 Nopember 2018 di Denpasar Bali, Sri menyatakan bahwa Kementan meminta kepada semua BPTPH untuk melaksanakan pengendalian OPT secara pre-emtif dengan memanfaatkan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan yang sudah banyak dihasilkan oleh Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP). Selain itu memonitor secara intensif pertanaman hortikultura sehingga gangguan OPT tidak mengganggu produksi dan mutu produk hortikultura.

Ditjen Hortikultura mendorong petani untuk menerapkan budidaya ramah lingkungan dengan mengaplikasikan lebih banyak bahan organik dan bahan pengendali biologi, mulai dari persiapan lahan, pemeliharaan hingga pasca panen.

Rekomendasi pengendalian P. infestans dianjurkan dimulai dari pemilihan benih sehat. Sebisa mungkin menghindari penanaman cacat serta benih yang sudah terinfeksi P. Infestans, perlakuan benih dengan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman atau Plant Growth Promoting Rhizobacteria(PGPR) dan penggunaan mulsa.

Ketika terjadi hujan, mulsa dapat mengurangi percikan air dari tanah ke arah tajuk yang juga mengurangi penyebaran spora P.infestans. Selain itu memperhatikan pengolahan tanah yang baik, penggunaan pupuk kandang matang dan aplikasi agens pengendali hayati ektofit seperti Trichoderma harsianum, Gliocladium, Mikoriza  yang diaplikasi  bersamaan dengan pupuk kandang sedini mungkin; pemakaian pupuk berimbang dan menghindari pemakaian N berlebih; rotasi tanaman dan pengelolaan gulma.

Gulma yang berada pada pertanaman menghalangi aliran udara yang menyebabkan kondisi pertanaman menjadi lembab yang disukai P. infestans. Beberapa jenis gulma juga merupakan inang dari P. Infestans; aplikasi PGPR secara berkala yang dapat meningkatkan ketahanan sistemik tanaman serta membuat tanaman lebih subur sehingga lebih tahan terhadap infeksi patogen tanaman; serta cara pemanenan yang benar.

Saat pertemuan berlangsung, Kepala BPTPH Provinsi Jawa Barat, Dadan Hidayat mengatakan bahwa jajaran perlindungan di wilayahnya yang merupakan sentra utama penghasil kentang di Indonesia sudah mensosialisasikan.

“Jajaran perlindungan di wilayah Jawa Barat merupakan sentra utama penghasil kentang di Indonesia. Di sini sudah disosialisasikan  kepada petani tentang pemanfaatan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan di lahan usahataninya,” jelas Dadan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER