MONITOR, Demak – Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman selalu menekankan untuk menjaga ketersediaan, pasokan dan harga guna menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional. Karenanya, natal dan tahun baru yang akan berlangsung dalam waktu dekat, ketersediaan bawang merah harus aman, konsumen tersenyum dan petani untung.
Berangkat dari hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura langsung melakukan pendampingan dan pengawalan di sentra utama bawang merah yang tersebar di 14 kabupaten sebagai penyangga Jabodetabek.
“Sesuak arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, kami memastikan pasokan bawang merah untuk Jabodetabek menghadapi Natal dan Tahun Baru lebih dari cukup,” demikian diungkapkan Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi di Jakarta, Jumat (16/11).
Dia menyebutkan kebutuhan bawang merah untuk Jabodetabek untuk periode November 2018 hingga Januari 2019 sekitar 24 ribu ton atau 8 ribu ton per bulan. Sebanyak 14 sentra besar seperti Brebes, Cirebon, Demak, Nganjuk, Bina hingga Solok siap memasok kebutuhan tersebut.
“Rata-rata produksi di 14 sentra tersebut mencapai 68 ribu ton per bulannya. Bulan Januari nanti puncaknya panen raya. Selain Jabodetabek kita pastikan pasokan untuk daerah lain juga aman terkendali,” sebut Suwandi.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak, Wibowo mengatakan luas panen bawang merah di Kabupaten Demak per tahun mencapai 6.300 hektar. Varietas yang banyak ditanam yakni Bima Brebes, produktivitas rata rata 8 hingga 10 ton/ha.
“Pasar bawang merah diperuntukkan untuk pasar lokal dan memasok kebutuhan Jabodetabek,” katanya saat menerima kunjungan kerja Tim Subdit Bawang dan Aneka Umbi Ditjen Hortikultura.
“Harga di tingkat petani saat ini mencapai 14 hingga 16 ribu untuk ukuran biasa sedangkan yang super bisa mencapai Rp 18 ribu per kilogram,” tambah Wibowo.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Pangan Kabupaten Demak, Heru Puryanta menambahkan sentra utama bawang merah tersebar di 5 kecamatan yaitu Wijen, Karanganyar, Dempet, Gajah, Wedung dan Demak. Sentra terbesar yaitu
Kecamatan Kecamatan Mijen dengan luas tanam Oktober sampai Nopember 1.195 Ha dan Kecamatan Karanganyar luas tanam oktober – november mencapai 607 ha.
“Sehingga potensi luas panen desember mencapai 1.316 ha dan bulan januari 757 ha. Ketersediaan untuk wilayah demak aman dan siap mensuplai wilayah Jabodetabek,” katanya.
Kepala Sub Direktorat Bawang Merah, Sayuran dan Umbi-Umbian, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Kementan mengatakan total produksi bawang merah di Kabupaten Demak 2017 mencapai 59.905 ton. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2017 adalah 1,14 juta orang dan tingkat kebutuhan bawang merah mencapai 2,80 kg/kapita/tahun.
“Sementara kebutuhan bawang merah di Kabupaten Demak 3.162 ton per tahun. Jadi terdapat surplus sebanyak 54.946 ton,” bebernya.
Dengan begitu, pria yang biasa disapa Agung ini menilai kebutuhan yang ada di Demak sudah terpenuhi, bahkan surplus yang ada bisa mensuplay wilayah Jabodetabek dan pasar lokal. Dalam rangka mendukung demak sebagai sentra bawang merah nasional, alokasi APBN tahun 2018-2019 sebesar 140 hektar.
“Kami berharap demak akan konsiten dalam pengembangan kawasan bawang merah sekaligus menjadi penyangga nasional,” tuturnya.
Susiono, Ketua Kelompok Tani Jaya Desa Pasir Kecamatan Wijen, Kabupaten Demak mengatakan saat ini kelompok tani binaannya menanam sekitar 700 ha. Dalam satu kecamatan pertanaman bawang merah bisa bisa mencapai 1.400 ha pada bulan November.
“Tutup tanam di desa kami sampai bulan Nopember. Harga saat ini Rp 16.000 sampai Rp 17.000 per kg untuk jenis yang super di tingkat petani. Panen raya akhir Desember sampai Januari awal. Kami bisa tanam 3 kali setahun, dengan produktivitas rata rata 9 sampai 10 ton per hektar,” ucapnya.
“Kondisi saat ini cukup baik dan bersahabat dimana serangan OPT Alhamdulillah sampai saat ini aman sehingga produksi kami harapkan bisa optimal. Ketersediaan pada bulan Desember dan Januari kami pastikan aman,” imbuh Susiono.