PENDIDIKAN

KPAI Kritik Guru yang Umbar Pandangan Politik didalam Kelas

MONITOR, Jakarta – Kasus guru agama berinisial N di salah satu SMA Negeri di DKI Jakarta yang diduga menyampaikan pandangan politiknya, dan ujaran kebencian terhadap capres tertentu di ruang kelas, menjadi viral, baik di dunia maya maupun di media massa.

N dituduh salah satu orangtua murid tidak bersikap netral karena menyampaikan pandangan politiknya untuk mempengaruhi peserta didiknya memilih calon tertentu.

Dari laporan yang diterima KPAI, Guru N kemudian dilaporkan oleh orangtua siswa kepada kepala sekolah, karena telah mengumpulkan peserta didiknya di masjid sekolah saat pembelajaran pendidikan agama Islam.

“Modusnya, N memutarkan video gempa di Palu, Sulawesi Tengah dalam proses pembelajarannya saat membahas materi sholat jenazah,” ujar Komisioner bidang pendidikan Retno Listyarti, Senin (15/10).

N dituduh menyebut banyak korban gempa dan Tsunami yang meninggal akibat Jokowi. Dalam hal ini, N dituduh telah mempengaruhi para siswanya untuk tidak memilih salah satu capres dengan cara menanamkan kebencian pada capres tersebut.

Retno menambahkan, kasus serupa juga diterima KPAI dari orangtua siswa pada salah satu SD swasta di Bekasi (Jawa Barat), diduga seorang guru yang baru dilantik sebagai Kepala Sekolah memulai pidato pertamanya saat upacara dengan ajakan jangan memilih capres tertentu dihadapan pendidik dan peserta didik sekolah tersebut, padahal yang bersangkutan kepala sekolah jenjang SD (Sekolah Dasar).

“Anak usia SD jelas belum memiliki hak pilih dalam pemilu, lalu untuk apa mempengaruhi memilih calon tertentu dihadapan anak-anak SD?” tanya Retno.

KPAI juga menerima laporan seorang guru yang mengirimkan screen shoot percakapan grup para guru di sekolahnya (SMA Negeri), dimana yang bersangkutan kebetulan juga masuk ke dalam grup tersebut.

Para guru dalam grup tersebut hampir setiap hari mengirimkan berbagai postingan dan berbagai link berita yang menyudutkan penguasa, bahkan kerap mengarah pada ujaran kebencian terhadap capres tertentu. Karena ujaran kebencian di posting hampir setiap hari oleh para anggota grup secara bergantian, maka si pelapor menjadi khawatir jika pandangan politik dan kebencian para guru tersebut berpotensi akan di sampaikan juga ke ruang-ruang kelas saat mereka mengajar.

Beberapa kasus tersebut menunjukkan bahwa sebagian pendidik kerap lupa kalau pada posisinya sebagai guru haruslah netral.

“Guru seharusnya tidak membawa pandangan politiknya ke dalam kelas, apalagi jika dibumbui dengan ujaran kebencian pada calon tertentu. Guru harus memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik kepada murid-muridnya karena dia adalah model yang ditiru oleh peserta didiknya,” ujar Retno.

Recent Posts

DPR Desak Pemerintah Menutup Perusahaan China yang Produksi Baja Ilegal

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, minta Pemerintah segera mencabut izin usaha…

49 menit yang lalu

Sertifikasi Halal, Peningkatan Omset, dan Proteksi Konsumen

MONITOR, Jakarta - Dalam rentang waktu lima bulan belakangan, omset penjualan online produk minuman milik…

2 jam yang lalu

Peresmian Rumah BUMN Pekanbaru, Langkah Pasti Erick Thohir Berdayakan UMKM Lokal

MONITOR, Pekanbaru - Menteri BUMN, Erick Thohir secara konsisten mengambil langkah untuk memberdayakan UMKM lokal…

2 jam yang lalu

Larangan Toko Kelontong Beroperasi 24 Jam Bentuk Diskriminasi terhadap Pelaku Usaha Kecil

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan menegaskan larangan agar toko kelontong…

3 jam yang lalu

Siswa MTsN 1 Pati Raih Medali Emas dan Perak Olimpiade Matematika Internasional di Thailand

MONITOR, Jakarta - Tiga siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Pati memboyong dua medali emas…

3 jam yang lalu

BNI Investor Daily Summit 2023, Ini Pesan Presiden Jokowi

MONITOR, Jakarta - Presiden Joko Widodo berpendapat kerja sama tim menjadi hal krusial dalam menjaga…

4 jam yang lalu