POLITIK

Fahri Hamzah : Konflik dalam tubuh PKS semakin sulit difasilitasi

MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua DPR yang juga politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah mengakui partainya saat ini tengah berada dalam konflik internal. Fahri bahkan menyebut konflik tersebut semakin sulit difasilitasi.

“Nampaknya, konflik dalam tubuh PKS semakin sulit difasilitasi. Konflik ini semakin ketemu akarnya; pada pemahaman, pada pengertian dan cara pandang antar generasi. Ini konflik yang tak terhindari. Ada nuansa kebangkitan pada yg baru dan nuansa kematian pada yg lama. #KonflikPKS,” tulis Fahri Hamzah melalui akun twitter pribadinya @fahrihamzah, Jum’at (12/10).

Fahri menambahkan jika konflik partai hitam kuning itu dilandasi pada persoalan ide “Ini tentang ide. Karena ide adalah nyawa suatu organisasi. Dan sebetulnya konflik ide itu harus dijaga sebab dengan itu dialektika akan menghidupkan dan menumbuhkan. Tapi, kalau konflik ide dipersepsi sebagai konflik eksistensi maka itu bencana. #KonflikPKS,” katanya.

Fahri mengatakan jika konflik ide yang tidak terfasilitasi tersebut yang kemudian menjadi konflik saling meniadakan “Nampaknya, konflik ide inilah yang tidak terfasilitasi dan lalu menjadi konflik saling meniadakan. Ibarat sebuah rumah yang bising oleh percakapan, tadinya kebisingan itu jadi dinamika yang menyenangkan. Sekarang tak ada lagi suara, orang saling membungkam. #KonflikPKS,” ungkapnya.

Selanjutnya, Fahri menyoroti persoalan kepemimpinan di PKS yang menurutnya menjadi akar meruncingnya konflik internal tersebut. Fahri menilai kepemimpinan PKS saat ini otoriter.

Padahal, menurutnya pemimpin dalam rumah politik (parpol) bukan segalanya. “Dalam rumah politik, pemimpin memang beda dengan bapak. Dalam rumah tangga tradisional. Wajar bapak dominan. Dia yg memilih isteri, dia yang menafkahi keluarga dan dia yang menentukan masa depan. Dalam rumah politik pemimpin bukan segalanya. #KonflikPKS,” tegasnya.

Fahri juga menilai kepemimpinan baru di PKS sejak akhir 2015 memiliki motif yang tak jelas dan semakin feodal. “Kepemimpinan baru di PKS sejak akhir 2015 memutar balik arah jarum jam reformasi yang sedang dijalankan. Oleh motif yang tak jelas, pola kepemimpinan semakin feodal. Qiyadah dianggap memiliki segalanya, hak dan kewenangan seperti bapak dalam tradisi kita. #KonflikPKS,” tandasnya.

Recent Posts

DPR Minta Sejumlah Program Agar Dievaluasi, Jangan Tunggu Viral Dulu

MONITOR, Jakarta - Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, menegaskan agar kementerian maupun lembaga…

4 jam yang lalu

Dirjen Bimas Islam Minta KUA Bimbing Masyarakat Pahami Urgensi Pencatatan Nikah

MONITOR, Jakarta - Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad meminta Kantor Urusan Agama tidak hanya menjadi…

8 jam yang lalu

HKTI Harus Jadi Rumah Besar Petani, Sudaryono: Saatnya Hadir dengan Kerja Nyata

MONITOR, Jakarta - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sudaryono, meminta HKTI menjadi organisasi…

12 jam yang lalu

Kemenperin Perkuat Strategi Branding agar Batik Indonesia Makin Dikenal

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong penguatan strategi branding dalam rangka meningkatkan daya…

13 jam yang lalu

Seminar di MQK Internasional Wajo Bahas Krisis Iklim dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats

MONITOR, Jakarta - Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional dimeriahkan dengan halaqah (seminar) yang membahas tentang…

16 jam yang lalu

Irjen TNI Pimpin Upacara Ziarah Nasional HUT Ke-80 TNI di TMP Kalibata

MONITOR, Jakarta - Inspektur Jenderal (Irjen) TNI Laksdya TNI Hersan bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup)…

19 jam yang lalu