PERTANIAN

Saatnya Pengrajin Tempe Berpihak ke Kedelai Lokal

MONITOR, Jakarta – Upaya peningkatan produksi kedelai terus diupayakan guna memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Saat ini, pemenuhan kedelai Indonesia masih tergantung dari impor.

Produksi kedelai Indonesia tahun 2018 diperkirakan mencapai 900 ribu ton, sedangkan proyeksi kebutuhan dalam negeri sebesar 2,8 juta ton. Pengguna kedelai terbesar ini adalah produsen tahu-tempe sekitar 88%.

“Dari sisi kualitas, sebenarnya kedelai lokal memiliki keunggulan dibandingkan kedelai impor,” ungkap Direktur Akabi Kementan, Ali Jamil.

Kedelai yang dihasilkan petani lokal lebih berkualitas dalam hal aroma dan kesegarannya, disamping itu memiliki cita rasa lebih gurih dan enak jika diolah menjadi tahu-tempe dibandingkan kedelai impor. Kualitas kedelai lokal yang lebih dari kedelai impor merupakan nilai tambah yang dapat mendukung gerakan pemerintah dalam peningkatan gizi nasional.

Berdasarkan keterangan Peneliti Pemulia Kedelai dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Harry Ismulyana, kandungan gizi kedelai lokal memang lebih unggul dibandingkan kedelai impor. Selain transgenik, kedelai yang masuk di Indonesia hanya ampas kedelai sementara sari pati sudah menghilang.

“Kedelai lokal lebih baik karena umumnya kedelai yang tersedia adalah kedelai yang baru saja dipanen sehingga lebih segar, sementara kedelai impor biasanya sudah disimpan bertahun-tahun,” ujarnya.

Dari segi bentuk dan ukuran saat ini juga sudah banyak kedelai lokal yang berukuran sedang bahkan sama dengan ukuran biji kedelai impor sebesar 16-22 gram per 100 biji sesuai varietasnya. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) sejak tahun 1998 telah melepas sebanyak 10 varietas kedelai unggulan yang memiliki kualitas kedelai yang lebih unggul dibanding kedelai impor dan mampu meningkatkan produksi.

“Apabila kita melihat banyaknya keunggulan kedelai lokal ini, sudah saatnya pengrajin tempe berpihak untuk menyerap produksi kedelai lokal. Dan ini akan menjadi dorongan petani untuk bergairah menanam kedelai karena jaminan pasar tersedia. Pengrajin dan petani kedelai harus bersinergi untuk menjaga kontinuitas pasokan kedelai lokal untuk kelangsungan proses produksi pengrajin tempe,” tutup Ali Jamil.

Recent Posts

Marak Kasus Virus Hanta, Puan Minta Tindakan Cepat dan Terpadu Hadapi Ancaman Zoonosis

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti temuan sejumlah kasus virus Hanta tipe…

1 jam yang lalu

Intoleransi Berujung Kasus Pidana di Sukabumi, DPR Ingatkan Beribadah Hak Setiap Warga

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Sarifudin Sudding menyampaikan keprihatinan atas insiden pembubaran…

3 jam yang lalu

Kemenag Siapkan Monev KIP 2025, Optimistis Raih Hasil Maksimal

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama mulai mempersiapkan pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap layanan informasi…

4 jam yang lalu

Prof Rokhmin Minta Kementan Agar Tak Terobsesi pada Angka Produksi

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menyampaikan kritik tajam soal…

4 jam yang lalu

DPR: Rehabilitasi Pengguna Narkoba Harus Adil Bagi Semua Kalangan

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah menanggapi kebijakan Badan Narkotika Nasional (BNN)…

6 jam yang lalu

Kemenag dan BAZNAS Kerja Sama dalam Program MADADA dan BMM

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menandatangani Perjanjian Kerja…

7 jam yang lalu