MONITOR, Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi (1/10) bergerak melemah tipis sebesar empat poin menjadi Rp14.900, dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.896 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan bahwa pergerakan negatif masih terjadi pada mata uang rupiah di tengah minimnya sentimen positif yang beredar.
“Pasca dinaikkannya tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (7-Day Reverse Repo Rate), belum banyak berimbas pada rupiah,” katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga menilai sentimen perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok belum akan usai dalam waktu dekat sehingga membuat permintaan terhadap mata uang safe haven, seperti dolar AS masih meningkat.
“Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung kenaikan sejumlah data-data ekonomi AS,” katanya.
Ia mengharapkan data-data ekonomi di awal bulan ini memberikan sentimen positif pada mata uang rupiah serta dapat mengimbangi sejumlah sentimen yang menekan mata uang domestik.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan mata uang dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang utama dunia seiring potensi berlanjutnya kenaikan suku bunga AS.
“Sebagian investor mulai bereaksi terkait kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga the Fed yang akan terus berlanjut hingga tahun depan,” katanya.