MITRA

Wakil Ketua MPR: Empat Pilar Alat Pemersatu Bangsa

MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua MPR Mahyudin mengungkapkan Indonesia sangat beragam dan bhinneka. Tidak ada negara di dunia ini yang sangat plural seperti Indonesia.

“Dengan keragaman itu Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) adalah alat pemersatu bangsa,” kata Mahyudin dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada mahasiswa Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) di Aula IAHN Palangkaraya, Rabu (26/9/2019).

Sosialisasi kerjasama MPR dan Peradah (Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia) ini dihadiri Wakil Gubernur Kalteng Habib Said Ismail dan narasumber anggota MPR Fraksi Partai Golkar Agati Sulie dan Dr. Pranata (Wakil Rektor I IAHN). Tema sosialisasi adalah merawat toleransi dalam keragaman.

Mahyudin menyebutkan orang Indonesia sangat mudah disulut rasa primordial dan fanatisme. Tragedi pengeroyokan suporter Jakmania oleh Bobotoh memperlihatkan kuatnya primordialisme itu. “Inilah yang membuat pimpinan MPR resah. Ini menjadi alasan untuk mensosialisasikan Empat Pilar MPR,” ujarnya.

Kuatnya rasa primordialisme itu, menurut Mahyudin, bisa menimbulkan perpecahan. “Karena itu saya pribadi juga punya kepentingan untuk mensosialisasikan Empat Pilar MPR. Saya ingin melihat anak cucu saya bisa bekerja damai di negeri ini. Tapi tidak ada yang menjamin NKRI bisa bertahan selama-lamanya kalau kita tidak jaga bersama,” jelasnya.

Mahyudin menambahkan negara besar seperti Uni Soviet atau Yugoslavia bisa terpecah. Perpecahan juga terjadi di Suriah akibat perang saudara. “Kita tidak mau perpecahan terjadi di Indonesia. Aparat tidak bisa menangani sendiri kalau tidak bersama seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” katanya.

“Kita sering terjebak dengan identitas. Karena itu politik kita menghindari politik identitas karena bisa memecah belah,” imbuhnya.

Sementara itu Wagub Kalteng Habib Said Ismail mengatakan sosialisasi Empat Pilar MPR meningkatkan rasa cinta pada tanah air. “Kalteng adalah miniatur Indonesia. Dengan penduduk 2, 6 juta Kalteng terdiri berbagai suku, agama, budaya. Kalteng masih aman dan damai,” katanya.

“Keragaman dan perbedaan adalah kekayaan bangsa. Perbedaan itulah menjadi perekat. Dengan perbedaan membuat Indonesia lebih maju,” ucapnya.

Recent Posts

FISIP UIN Jakarta dan Muslimat NU Gelar Seminar, Perempuan Indonesia Diharapkan Jadi Arsitek Narasi Global

MONITOR, Tangsel - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama…

18 menit yang lalu

Wamen Helvi Tekankan Pentingnya Penguatan Permodalan bagi UMKM untuk Naik Kelas

MONITOR, Jawa Timur - Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Helvi Moraza menegaskan…

46 menit yang lalu

UPH Apresiasi 501 Mahasiswa yang Torehkan Prestasi di UPH Awards 2025

MONITOR, Jakarta - Di tengah dinamika dan tantangan dunia pendidikan tinggi, Universitas Pelita Harapan (UPH)…

2 jam yang lalu

Puan Pastikan DPR Akan Segera Kaji Isu Utang Whoosh dengan Pemerintah

MONITOR, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Puan Maharani menanggapi soal polemik utang…

3 jam yang lalu

Puan soal Pemberian Gelar Pahlawan Bagi Soeharto, Harus Dikaji Secara Cermat

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menanggapi soal pro kontra pemberian gelar pahlawan…

4 jam yang lalu

Kemenag Siapkan Regulasi Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar memberikan perhatian khusus pada pengelolaan dana sosial keagamaan…

5 jam yang lalu