Jumat, 22 November, 2024

Ribut-ribut Impor Beras

MONITOR – Perseteruan antara Direktur Utama Perum BULOG, Budi Waseso dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita terkait ketersediaan stok beras nasional terus berlanjut.

Sikap Mendag yang kekeuh kembali membuka keran impor beras disaat stok beras tersedia membuat Buwas meradang. Pasalnya, untuk menampung cadangan beras yang sudah tersedia saja BULOG harus menyewa beberapa gudang dan mengeluarkan biaya yang cukup besar.

Namun, keluhan Dirut BULOG seakan tak digubris oleh Mendag, bahkan mendag seakan tidak mau tahu bagaimana BULOG harus menampung cadangan beras itu dan menyebut persoalan tersebut bukan urusan pemerintah.

Menanggapi hal itu, Buwas mengaku bingung dengan pernyataan Mendag, Sebab kegiatan yang BULOG lakukan merupakan tugas dari pemerintah.

- Advertisement -

Buwas mengakatakan seharusnya antara BULOG dengan Kementerian Perdagmdag) mesti berkoordinasi untuk menyamakan pendapat.

“Saya bingung ini berpikir negara atau bukan. Coba kita berkoordinasi itu samakan pendapat, jadi kalau keluhkan fakta gudang saya bahkan menyewa gudang itu kan cost tambahan. Kalau ada yang jawab soal Bulog sewa gudang bukan urusan kita, mata mu! Itu kita kan sama-sama negara,” papar dia di Perum Bulog, Jakarta, Rabu (19/9/2018).

Dia berharap agar Kemendag dan Bulog bisa bersinergi mendorong langkah pemerintah menjaga pasokan beras.

“Kita kan aparatur negara jangan saling tuding-tudingan, jangan saling lempar-lemparan itu pemikiran yang tidak bersinergi,” papar dia.

Sementara itu, pasokan Bulog saat ini berjumlah 2,4 juta ton. Untuk menyimpan beras, Bulog mesti menggelontorkan Rp 45 miliar untuk menyewa gudang di beberapa daerah.

Sebelumnya, Mendag mengklaim telah mengecek kondisi gudang petani di daerah penghasil beras di sepanjang Pantai Utara Jawa Barat. Stok gabah di gudang-gudang tersebut disebut terbilang minim bahkan nyaris kosong.

Kondisi ini menjadi salah satu alasan pemerintah mengeluarkan kebijakan impor beras hingga dua juta ton di tahun ini.

“Saya datang satu per satu ke gudang di daerah sepanjang perjalanan Jakarta sampai Cirebon, lewat darat. Saya masuk ke gudang anggota Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi). Hanya ada satu ton, dua ton, artinya kosong,” ujar Enggar saat berkunjung ke Kantor Transmedia, baru-baru ini.

Kondisi tersebut, menurut Enggar, menunjukkan tak ada surplus beras seperti yang sering disebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Hal ini kian diperjelas kondisi harga beras yang terus merangkak naik di akhir tahun lalu hingga awal tahun ini.

“Beras surplus tidak mungkin diumpetin. Kalau kita punya diamond (berlian) mungkin bisa diumpetin, tapi beras kan tidak mungkin,” ungkap dia.

Saat ini, menurut Enggar, stok beras di gudang BULOG memang mencapai sekitar 2,1 juta ton. Namun, daru jumlah tersebut, hanya sekitar 800 ribu ton yang merupakan beras produksi dalam negeri. Sisanya, merupakan beras impor.

Sikap tegas Buwas yang menentang kebijakan impor beras mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Salah satu yang mendukung Buwas yakni Rizal Ramli.

Ekonom senior itu bahkan menyebut Enggartiasto sudah offside dan telah merugikan petani. Selain itu, dalam penyataan yang iya tulis melalui akun twitter pribadinya itu, Mendag tidak hanya merugikan petani melainkan juga telah merugikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kini kembali maju sebagai Calon Presiden.

“Mas @jokowi, Mendag sudah offisde, rugikan petani, tebu, bawang dan garam. Sekaligus gerogoti elektabilitas Mas. Mas JKW dipihak mana ? Di pihak pemburu rente atau bela petani ? Jika tidak ada tindakan artinya Mas di pihak sana,” cuitnya menyertai postingan berita terkait perseteruan antara Mendag dengan BULOG.

“Kok ada Mentri yg saenaknya kaya gini ? Mas , where are you ??,” cuitnya kembali.

Selain Rizal Ramli, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon juga tak mau ketinggalan. Seakan ikut membela Buwas, melalui akun twitternya politikus Gerindra itu juga turut mengomentari pernyataan Rizal Ramli. Menurutnya, kalau stok beras sudah tidak tertampung lagi oleh BULOG, berasnya disimpan di gedung Kemendag.

“Klu gudang bulog penuh, simpan sj beras di gd . Klu gd penuh jg dikirim kmn tuh kira2 berasnya? Ayo,” cuitnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER