Jumat, 29 Maret, 2024

Indonesia-Ceko Tingkatkan Investasi dan Ekspor di Sektor Industri

MONITOR, Jakarta – Indonesia dan Ceko tengah melakukan kerja sama ekonomi khususnya di sektor industri. Potensi kolaborasi kedua negara ini akan dilakukan melalui upaya peningkatan investasi dan ekspor sehingga diharapkan dapat memperkuat struktur manufaktur dan memperbaiki neraca perdagangan nasional.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengharapkan bahwa dukungan Ceko dalam upaya mempercepat negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa.

“Sebelumnya, Bapak Presiden Jokowi dan PM Australia telah melakukan finalisasi Indonesia-Australia CEPA,” ujar Airlangga usai bertemu dengan Ketua Senat Republik Ceko Milan Stech di Kementerian Perindustrian, Senin (17/9).

Menperin meyakini, apabila kerangka kemitraan bilateral yang komprehensif tersebut terjalin, akan mendongkrak ekspor produk RI yang signifikan ke Ceko.

- Advertisement -

“Beberapa produk manufaktur kita yang punya potensi menembus pasar Ceko, antara lain tekstil dan pakaian, alas kaki, furnitur berbasis kayu, serta pulp dan kertas,” sebutnya.

Menperin pun menyampaikan, pihaknya berupaya menarik investor Ceko untuk menanam modalnya di Indonesia pada sektor industri pengolahan karet. Hal ini selangkah dengan potensi Indonesia termasuk dalam jajaran produsen crumb rubber (karet remah) terbesar di dunia.

“Sementara Ceko punya industri pengolahan karet yang cukup berdaya saing seperti pabrik ban,” ungkapnya.

Di samping itu, lanjut Airlangga, Indonesia memiliki industri kereta api yang sudah mampu memproduksi berbagai komponen dan infrastruktur perkeretaapian. Misalnya, rolling stock, trek rel, hingga sistem persinyalan. Ini menjadi peluang kolaborasi di kedua negara untuk saling transfer teknologi.

“Indonesia dapat dijadikan basis pengembangan industri kereta api. Sejumlah negara seperti Australia, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka telah memesan dan mengimpor kereta api dari Indonesia,” paparnya.

Apalagi, Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur transportasi guna memperkuat konektivitas termasuk di dalamnya pembuatan kereta api, mass rapid transit (MRT), dan light rail transit (LRT) yang memerlukan teknologi perkeretaapian yang maju.

“Ceko sebagai salah satu negara yang punya teknologi canggih tersebut,” ujarnya.

Untuk memberikan keyakinan kepada para pelaku industri Ceko, Menperin menegaskan, Pemerintah Indonesia berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif. Hal ini seiring dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam menyiapkan strategi dan arah yang jelas untuk memasuki era revolusi industri geneasi keempat.

Salah satu program strategisnya, yakni memberikan insentif fiskal. Nantinya ada insentif untuk inovasi hingga 20 tahun serta skema tax allowance untuk inovasi hingga 200 persen, hal tersebut tentu sangat membantu industri yang berproduksi untuk pasar dalam negeri maupun untuk Asean Community.

Sebelum bertemu dengan Menperin, Delegasi Senat Republik Ceko telah diterima Presiden Joko Widodo dengan didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Wakil Menteri Luar Negeri AM. Fachir di Istana Merdeka.

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, pada tahun 2017, total transaksi perdagangan RI-Ceko mencapai USD265,68 juta atau mengalami peningkatan sebesar 12 persen dibanding periode lima tahun sebelumnya.

Sementara itu, selama tahun 2010-2015, total nilai investasi Ceko di Indonesia mencapai USD34,35 juta. Sedangkan, pada 2016-2017, investasi Ceko di sektor manufaktur mencapai USD499,5 ribu untuk tiga proyek yang meliputi industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronika.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER