MONITOR, Probolinggo – Sejarah mencatat peran dan pengorbanan dunia pesantren termasuk di dalamnya ulama dan santri dalam perjuangan mengusir penjajah di era kolonial. Pemerintah mengakui, negeri ini berdiri tidak lepas dari kepeloporan dan tetesan darah para ulama.
Di era pembangunan masa kini, pesantren terus itiqomah menjadi mitra pemerintah menghadapi berbagai tantangan dan dinamika bangsa. Di sinlah tampil peran esensial pesantren, yakni membentuk akhlak dan kepribadian yang mulia.
“Oleh karena itu, Presiden Jokowi menyadari bahwa upaya pembangunan manusia oleh pemerintah tidak dapat mengabaikan pengembangan dan penguatan pesantren sebagai sentra pembinaan dan pengembangan masyarakat,” kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam sambutannya di hadapan pimpinan dan para santri di Pondok Pesantren Baitus Solihin, Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (15/09/2018).
Tak hanya itu, Mensos juga menyinggung soal tahun politik yang kerap diwarnai dengan membanjirnya informasi negatif. Yakni informasi yang mengandung ujaran kebencian, hasutan, propaganda, kabar palsu atau fitnah dan sebagainya. Terlebih di era digital, konten negatif dapat berpindah dengan cepat.
Bahkan melalui sosial media banyak konten yang mengandung paham dan ideologi berbeda dengan agama tersebar luas. Menurut Mensos, ajaran semacam ini, bertentangan dengan esensi ajaran Islam yang mengedepankan sikap tassamuh (toleran), tawasuth (moderat), tawazun (berimbang).
Bagi Mensos, kemajuan teknologi merupakan sebagai tantangan sekaligus peluang bagi pesantren dalam mendiseminasikan informasi,” katanya. Mengantisipasi perkembangan ini, penting memperkuat pengetahuan dan kearifan dari setiap individu masyarakat untuk menerima, menyaring, dan menggunakan informasi.
“Di sinilah sebaiknya mengambil teladan kepribadian agung dari Kyai Haji Sholeh Nahrowi,” kata Mensos. Ulama terkemuk ini dikenal karena penghormatannya yang tinggi kepada semua insan tanpa memandang status sosial (ras, budaya, suku) dan istiqomah bergaul dengan siapapun.
Mensos mengajak masyarakat agar meneladani dan mengamalkan perilaku Arif Billah dalam kehidupan sehari-hari. “Perbedaan pendapat dan pandangan dalam iklim demokrasi semestinya tidak memecah belah, namun justru menjadi saling ikat satu dengan yang lain,” kata Mensos.
Menteri Sosial juga membuka pintu kepada pesantren untuk ikut mengembangkan program pemerintah khususnya Kementerian Sosial dalam pembangunan kesejahteran sosial dan bahkan dalam bidang ekonomi.
“Kami yakin pesantren memiliki sumber daya besar sehingga bisa menjadi sentra kegiatan sociopreneurship_ dan entrepreneurship membangun kemandirian ekonomi di pesantren dan masyarakat sekitar khususnya mereka yang fakir dan miskin sehingga mendapat kehidupan yang lebih baik,” kata Mensos.
Mensos mempersilakan pondok pesantren menyampaikan proposal tentang jenis usaha yang akan dikembangkan, nanti akan diberikan pendampingan dan modal tanpa bunga.