MONITOR, Jakarta – Tren lanjutan pelemahan rupiah perlu diwaspadai hingga akhir September, dipicu oleh rencana kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin.
Pengamat Ekonomi Indef, Bhima Yudhistira mengatakan, sebelumnya bunga acuan The Fed yang naik berkebalikan dengan imbal hasil Treasury bond 10 tahun yang turun menjadi 2,88% per 6 September 2018.
“Prediksi ini sesuai dengan teori Inverted Yield Curves, di mana yield surat utang AS jangka panjang menurun sedangkan yield jangka pendek naik,” ujar Bhima, Senin (10/9).
Artinya, menurut Bhima, muncul ekspektasi investor dalam jangka pendek akan terjadinya market crash.
“Dampaknya, mereka lebih memilih membeli surat utang yang bertenor jangka panjang,” papar dia.
Di sisi lain, yield SBN 10 tahun terus mengalami kenaikan menjadi 8,69%, berkebalikan dengan yield Treasury bond.
Yield yang naik di negara berkembang mencerminkan tingkat risiko berinvestasi semakin besar, apalagi Indonesia masuk ke dalam Fragile Five, 5 negara paling rentan terpapar krisis. Konsekuensinya, pelaku pasar akan beralih ke aset yang lebih aman, salah satunya greenback.
Bhima menambahkan, sentimen cadangan devisa juga berpengaruh terhadap perilaku pasar.
MONITOR, Bekasi - PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) menggelar kegiatan Doa Bersama dan Santunan Anak…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakinkan otoritas Amerika Serikat terkait mutu dan…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan menyoroti kasus penangkapan Gubernur Bengkulu…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024…
MONITOR, Jakarta - Koperasi sebagai tonggak pemberdayaan masyarakat, telah membuktikan bahwa ekonomi yang kuat dapat…
MONITOR, Banten - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto mengaku kaget…