ENERGI

Yahukimo jadi Wilayah Prioritas Penerima Program LTSHE

MONITOR, Yahukimo – Pemerintah saat ini terus bergerak dalam rangka mendukung pemanfaatan sumber terbarukan di berbagai provinsi, utamanya kawasan pedalaman seperti wilayah Papua.

Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Dadan Kusdiana, menyebutkan saat ini Rasio Elektrifikasi Provinsi Papua baru mencapai 72,04%. Angka ini terbilang masih cukup jauh di bawah rasio elektrifikasi nasional yang per Juni 2018 telah mencapai 97,13%, meskipun masih ada yang lebih rendah, yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan rasio elektrifikasi 60,82%.

Seperti Kabupaten Yahukimo, berdasarkan letak geografisnya, Yahukimo termasuk daerah tertinggal dengan medan yang sulit dijangkau dan belum teraliri listrik. Oleh karenanya, Yahukimo menjadi salah satu titik prioritas penerima manfaat dari program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) yang dicanangkan Pemerintah sejak tahun 2017 tersebut.

“Kami prioritaskan lebih dari 60 persen penerima LTSHE ada di tanah Papua. Untuk Distrik Puldama sendiri total ada 1085 paket, 1 paket itu untuk 1 keluarga,” ujar Dadan Kusdiana dalam sambutannya sesaat sebelum pemasangan LTSHE di Honai-honai milik warga Distrik Puldama.

Sementara menyoal sumbangan LTSHE pada rasio elektrifikasi, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur, Simon F Sembiring, yang turut hadir di Puldama menyampaikan, dari angka elektrifikasi nasional saat ini, 0,12% diantaranya disumbang oleh LTSHE.

“Dari total 97,13% rasio elektrifikasi nasional, PLN berkontribusi 94,65%, sementara non PLN (pembangkit off grid) menyumbang 2,36%, sisanya dari LTSHE 0,12%,” jelas Simon.

Sebagaimana diketahui, deretan pegunungan di Kabupaten Yahukimo merupakan salah satu wilayah di Provinsi Papua dengan akses yang sulit untuk dijangkau. Distrik Puldama misalnya, hanya memiliki landasan pesawat “airstrip” sepanjang 600 meter untuk akses keluar masuk wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Bintang tersebut.

Bahkan untuk mencapai pusat Kabupaten Yahukimo, pesawat harus transit di Wamena atau Jayapura terlebih dahulu. Belum ada akses darat tersedia, kecuali jalan setapak melintasi gunung dan jurang.

“Di sini pesawat jenis Kodiak atau Caravan saja yang bisa masuk, isi 7 sampai 12 penumpang, tidak setiap hari ada, juga untuk angkut logistik dari Wamena atau Sentani. Hanya beberapa pilot saja yang berani mendarat disini, itupun setelah pukul 14.00 WIT sudah tidak ada lagi yang terbang, kabut turun bahaya,” ujar Petrus Simalya, seorang pendeta gereja wilayah Puldama menyambut kedatangan tim pemasangan LTSHE Kementerian ESDM, di Puldama, Yahukimo, Papua, Sabtu pagi (11/8).

Recent Posts

DPR Desak BGN Sanksi Tegas Penyedia Menu MBG yang Langgar Keamanan Pangan

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi, mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk…

13 menit yang lalu

Puan Terima Ketua Senat Kamboja Hun Sen di DPR Besok, Siap Bahas Perlindungan PMI

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani akan bertemu Ketua Senat Kamboja, Samdech Akka…

54 menit yang lalu

Kementerian UMKM Kawal Kasus Toko Mama Khas Banjar

MONITOR, JAKARTA - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hadir untuk mengawal penanganan kasus…

57 menit yang lalu

Kemenag Ingatkan Jemaah Jaga Kondisi Fisik untuk Menghadapi Puncak Haji

MONITOR, Jakarta - Direktur Bina Haji Kementerian Agama Musta’in Ahmad mengingatkan jemaah Indonesia agar tidak…

3 jam yang lalu

DPR: Kebijakan Vasektomi Jadi Syarat Bansos dan Militerisasi Anak Melanggar HAM!

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi XIII DPR RI, Pangeran Khairul Saleh menyoroti sejumlah kebijakan kontroversial…

4 jam yang lalu

Dorongan Puan untuk Nasib Buruh Harus Jadi Perhatian Pemerintah

MONITOR, Jakarta - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami puluhan hingga ratusan ribu pekerja,…

5 jam yang lalu