PENDIDIKAN

Direktur CISS: Ilmu Intelijen Dapat Tangkal Gerakan Radikalisme

MONITOR, Jakarta – Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS), Ngasiman Djoyonegoro, mengatakan bahwa ilmu intelijen sangat penting dikuasai oleh para mahasiswa guna mendeteksi gerakan radikalisme.

“Mahasiswa harus jadi bagian dan berada di garda terdepan dalam menangkal gerakan radikalisme. Karena itu pengetahuan tentang ilmu intelijen juga perlu bagi mahasiswa,” kata Ngasiman Djoyonegoro saat mengisi materi dalam
Kolokium Radikalisme & Pelatihan Kader Lanjut (PKD) Pengurus Cabang PMII Banyuwangi, di Balai Pelatihan Kerja, Muncar, Banyuwangi, Sabtu (4/8).

Tak hanya untuk menangkal radikalisme, dalam acara yang diberi tema “PMII Menjawab Kompleksitas Sosial, Nasionalis, Pluralis, Radikalis dalam Menyongsong Momentum Demokrasi” itu, Simon–begitu panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro–mengatakan bahwa ilmu intelijen juga berguna untuk mendeteksi sekaligus mengantisipasi hoax.

Lebih jauh, menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019, ilmu intelijen juga dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menangkal politik SARA.

“Di tahun politik seperti sekarang, mahasiswa juga punya tugas untuk menangkal politik SARA. Tentu ilmu intelijen menemukan relevansinya di sini,” tambah Simon yang merupakan mantan aktivis PMII Cabang Ciputat itu.

Simon juga berharap bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan sosial perlu menjadi peneduh suasana, bukan malah menciptakan kegaduhan.

“Dalam waktu dekat kita akan menghadapi hajatan pemilu 2019, mahasiswa perlu menjadi pioner dalam menciptakan suasana aman dan damai. Tangkal gerakan radikalisme, tanggal hoax, tangkal politik SARA, dan ciptakan suasana sejuk,” terang Simon disambut tepuk tangan peserta PKL.

Sebagai informasi, acara PKL PMII Cabang Banyuwangi ini diikuti oleh 35 perserta kader PMII se-Jawa Timur dan Bali. Selain Simon, hadir pula sebagai pemateri Gubernur Terpilih Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Sebagaimana disampaikan Ketua Panitia Robith Haris Sauqi bahwa salah satu landasan pemikiran digelarnya Kolokium Radikalisme & Pelatihan Kader Lanjut (PKD) juga berangkat dari sejumlah peristiwa mutakhir di Indonesia. Salah satunya adalah adanya gerakan terorisme di Subabaya beberapa waktu lalu.

Bom bunuh diri meledak di Surabaya. Targetnya adalah gereja dan aparat kepolisian. Setelah ditelusuri, salah satu pelaku bom bunuh diri merupakan keluarga yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi.

“Bom di Surabaya meyedihkan sekaligus tamparan keras bagi masyarakat Banyuwangi, khususnya bagi para aktivis pergerakan PMII Cabang Banyuwagi. Itulah mengapa isu radikalisme menjadi salah satu perhatian kami dalam kegiatan ini,” terangnya.

Recent Posts

KA Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

MONITOR, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan mengoperasikan KA Lodaya relasi Bandung –…

47 menit yang lalu

Menag Hadiri Halalbihalal PBNU Bersama Anggota Keluarga NU

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Halalbihalal yang digelar Pengurus Besar…

8 jam yang lalu

Mejeng di Turki, Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

MONITOR, Jakarta - Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan…

12 jam yang lalu

Konflik Timur Tengah, DPR: Pemerintah Perlu Lakukan Dialog Multilateral

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini meminta pemerintah melakukan upaya untuk…

12 jam yang lalu

Ikhtiar Pelindungan Jemaah Indonesia, dari Syarat Istithaah sampai Senam Haji

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama tahun ini kembali mengusung tagline Haji Ramah Lansia. Maklum, data…

15 jam yang lalu

Kemenangan Timnas U-23 Harus Jadi Momentum Mengembangkan Infrastruktur Olahraga Tanah Air

MONITOR, Jakarta - Timnas U-23 Indonesia mencatatkan prestasi gemilang dengan menaklukkan Korea Selatan dalam babak…

16 jam yang lalu