MONITOR, Jakarta – PT Angkasa Pura II (Persero) mempercepat merampungkan transisi manajemen operasi bandara dengan pendekatan teknologi yaitu menyelesaikan proyek Airport Operation Control Center (AOCC) serta melakukan peningkatan kapasitas airside dengan membangun East Cross Taxiway (ECT) dan membangun runway ketiga. Itu dilakukan guna menjadikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai Smart Airport serta meningkatkan daya saingnya di antara bandara-bandara lain di kawasan Asia Tenggara.
Vice President Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero) Yado Yarismano mengatakan, dibangunnya AOCC, ECT dan runway ketiga ini didasari dari pertumbuhan industri penerbangan yang cukup signifikan setiap tahunnya dan membuat dinamika operasional semakin beragam.
“Melalui AOCC yang dapat memantau seluruh aktifitas di bandara secara real time maka kami optimistis seluruh aspek berjalan dengan lancar sesuai regulasi disertai terciptanya ketepatan waktu atau punctuality pada operasional yang berujung pada peningkatan pelayanan kepada maskapai dan juga penumpang pesawat,” ujar Yado dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (8/7/2018).
Keberadaan AOCC di Bandara Internasional Soekarno-Hatta nantinya akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan operasional bandara diantaranya dari sisi peningkatan on time performance (OTP) penerbangan maskapai, pengoptimalan slot penerbangan di bandara, serta ground time yang lebih efektif dan efisien.
Di samping keberadaan AOCC, Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang saat ini memiliki dua landasan pacu mampu melayani pergerakan pesawat mencapai 1.300 pergerakan per hari atau sekitar 81 pergerakan pesawat per jam dengan jumlah penumpang hampir 200.000 per hari, ke depannya akan dibangun East Cross Taxiway yang nantinya akan meningkatkan kapasitas runway menjadi lebih dari 86 pergerakan pesawat per jamnya.
Selain itu, dengan dibangunnya landasan pacu ketiga Bandara Internasional Soekarno-Hatta juga akan dapat melayani antara 114 hingga 120 pergerakan pesawat per jam sehingga mampu memberikan ruang untuk meningkatkan serta menjaga OTP seluruh maskapai yang beroperasi di bandara ini.
Seperti diketahui, Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan jumlah penumpang pesawat mencapai lebih dari 63 juta orang per tahun merupakan bandara tersibuk di Indonesia, bahkan saat ini dikategorikan bandara di urutan ke 17 tersibuk di dunia oleh Airport Council International. Hal tersebut terlihat dari jumlah pergerakan penumpang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada semester pertama (Januari-Juni 2018) yaitu mencapai 32.424.261 penumpang atau tumbuh sebanyak 9% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017 yaitu 29.837.845 penumpang.
Pertumbuhan lainnya juga terlihat dari sisi pergerakan pesawat yaitu adanya kenaikan sebanyak 28.9% dimana Bandara Internasional Soekarno-Hatta telah melayani sebanyak 229.120 pergerakan pesawat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 177.686 pergerakan pesawat.
Pesatnya peningkatan traffic ini diakui berpotensi menimbulkan beberapa masalah di bandara Soekarno-Hatta, antara lain rendahnya OTP penerbangan maskapai, kurang efektifnya pergerakan pesawat di airside dan juga kurang optimalnya penggunaan slot penerbangan.