Kamis, 25 April, 2024

Ngaku Dianiaya Relawan Djoss, Relawan Eramas Lapor Bawaslu

MONITOR, Medan – Wirya, relawan Eramas, warga Jl Bambu Gg. India Pasar IV Desa Helvetia Labuhan Deli melaporkan relawan Djarot -Sihar Sitorus (Djoss) ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumut karena telah melakukan penganiayaan terhadap dirinya dan keluarganya, Senin (18/6).

Wirya mengatakan, perselisihan ini bermula ketika dirinya sebagai relawan Eramas selalu dirusuhi oleh Maytira, Ramish, Rawi, Ramu yang merupakan relawan Djoss. “Tiap kali saya memasang atribut Eramas, mereka selalu mengganggu dan stiker Eramas yang saya pasang selalu dirusak,” katanya seperti dikutip sumut13angkit.com

Menurut Wirya, puncaknya itu pada Rabu (13/6), dirinya dikeroyok sekelompok relawan Djoss dan mereka memuku dengan kayu. Wirya mengatakan, setelah dirinya dianiaya, keluarganya juga kerap mendapat ancaman, yang rumah mau dihancurkan lah, rumah mau dibakar lah. ” Betul saja, pas saya pulang dari bekerjaan, rumah sudah dilempari dengan batu bata oleh sekelompok relawan Djoss yang memukulinya dengan kayu,” tandasnya.

Pengakuan Wirya, penganiayaan dan ancaman yang terjadi pada dirinya dan keluarganya, karena relawan Djoss tersebut tidak senang dirinya memasang atribut Eramas dan mengumpulkan relawan Eramas di kampung mereka. Sentimen relawan Djoss tersebut terhadap dirinya sudah dimulai ketika Kuil umat Hindu disana tidak menerima kedatangan Djarot-Sihar. Berbeda ketika kedatangan Edy Rahmayadi yang disambut meriah masyarakat hindu disana.

- Advertisement -

Terakhir, pada Rabu malam 13 Juni sekitar jam 11 malam, pengakuan isteri Wirya, sekelompok relawan Djoss tersebut mendatangi dirinya, mereka mengancam akan membunuh dirinya dan keluarganya, dan mengancam akan membakar rumah mereka.

“Keluar kan laki kau, biar kalian satu keluarga ku bakar hidup-hidup” kata Rameni, isteri Wirya menirukan ancaman yang dilakukan pihak Relawan Djoss.

Pengacara Eramas Irfan Haryanto saat mendampingi Wirya mengatakan tindakan yang dilakukan relawan Djoss tersebut adalah tindakan biadab yang bisa merusak kenyamanan masyarakat dalam meyambut pesta demokrasi. Jangan karena urusan Pemilihan Gubernur Sumut (Pilgubsu), masyarakat jadi rusuh karena doktrin doktrin yang tidak baik.

Irfan sangat berharap agar masing masing pihak mengajarkan hal yang baik di masyarakat, agar masyarakat tidak merasa terganggu karena urusan Pilgubsu. “Susah kita jika preman digerakkan jadi relawan. Kalau sudah main pukul, main ancam membunuh, itu sudah keterlaluan namanya. Apakah mereka diajarkan begitu ke bos nya sampai sampai membuat resah masyarakat,” tandasnya

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER