MONITOR, Sleman – Jelang Hari Raya Idul Fitri yang semakin dekat dan memasuki masa arus mudik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meninjau kondisi terkini Gunung Merapi dari Pos Pengamatan Gunungapi Merapi di Kaliurang, Yogyakarta, Kamis (7/6) malam.
Yogyakarta merupakan salah satu Provinsi yang menjadi tujuan mudik dan liburan. Pada kunjungannya itu, Jonan mengimbau agar masyarakat dan wisatawan tidak khawatir akan keadaan Gunungapi Merapi saat ini. “Wisatawan tidak perlu khawatir ya, saya kira akan aman-aman saja,” ujarnya.
Usai letusan terakhir pada 1 Juni 2018 lalu, Merapi diprediksi masih akan menghembuskan gas hingga akhir bulan ini. Para Pengamat gunungapi dan geofisis pada Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyampaikan perkiraan, hingga akhir bulan ini kemungkinan hembusan asap seperti yang belakangan terjadi bisa saja terjadi lagi.
Jonan menambahkan, letusan tersebut tidaklah berbahaya walau terkadang mengeluarkan suara yang besar. “Letusan-letusan itu dianggap tidak berbahaya, karena bukan letusan freatik, apalagi magmatik, jadi ini hembusan gas saja yang banyak. Memang kadang-kadang suaranya besar, tetapi tidak membahayakan,” tutur Jonan.
Sementara untuk penerbangan pada arus mudik dan arus balik Lebaran 2018, menurut Jonan sifatnya taktis, tergantung kepada arah dan kecepatan angin pada saat terjadi letusan.
“Kalau penerbangan ini tactical, tergantung arah angin dan yang kedua kecepatan anginnya. Arahnya ke mana kan bisa saja. Gunung ini mengeluarkan hembusan abu, seperti yang lalu, Bandara Adi Sutjipto buka, tetapi Bandara Ahmad Yani yang tutup. Tetapi itu kan taktis, itu tidak bisa diprediksi, karena tidak ketahuan persis kapan terjadinya,” tandasnya.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menjelaskan bahwa Kementerian ESDM terus melakukan koordinasi dengan pihak lain terkait kondisi Merapi, yakni dengan Pemerintah Daerah, termasuk dengan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), dan para relawan Merapi.
“Setiap kejadian kita kan koordinasi terus, salah satu contoh dengan TNGM, kita menginformasikan status Gunung Merapi, dan hak untuk menutup itu adalah hak TNGM. Kita menginformasikan bahwa bahaya dari letusan itu adalah lontaran material, karena saat gas naik ke atas membawa barang-barang dari sampingnya, itulah yang menjadi abu. Bahaya lontaran itu kita prediksi sampai 3 kilometer. Dengan Pemda kita juga terus berkoordinasi, dengan teman-teman relawan kita terus koordinasi,” ujar Rudy.
Saat ini Merapi masih berstatus Level II (Waspada). Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melakukan pendakian dan aktivitas apapun dalam radius 3 kilometer dari puncak Merapi, kecuali untuk penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.