MONITOR, Jakarta- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melalui Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) mendorong Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mendirikan unit Pusat Genom Nasional untuk meningkatkan daya saing bangsa, mengejar ketertinggalan ilmu dan teknologi dari bangsa lain.
Saat ini riset dibidang biologi molekuler tengah memasuki era baru melalui sederet perkembangan teknologi, khususnya Next Generetion Sequencing (NGS) untuk pembacaan genom total (whole genome analisis). Beberapa contoh dari aplikasi NGS antara lain, analisis genetik spesies manusia purba, identifikasi genetik dengan penyakit metabolik untuk pengobatan presisi melalui prediksi penyakit berbasis variasi genom (pharmacogenomics), penemuan obat baru (drug discovery), serta penelitian untuk kepentingan konservasi keanekaragaman hayati.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir kemarin (26/4) telah meresmikan Pusat Genom Nasional di Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Jakarta. Menteri Nasir mengatakan, teknologi NGS untuk pembacaan genom dapat dimanfaatkan untuk mengentaskan masalah Stunting (kurang gizi) di Indonesia. Riset tersebut juga bisa mengidentifikasi daerah-daerah mana saja yang berpotensi terjadi stunting.
Nasir menambahkan dengan berdirinya Pusat Genom NasioaL, nantinya akan semakin menambah kelengkapan infrastruktur riset yang dimiliki Indonesia saat ini, berupa laboratorium yang maju dalam bidang biologi molekuler, serta dapat memajukan riset nasional dalam bidang kesehatan, khususnya biologi molekuler.
“Dengan kita memiliki pusat genom nasional kita dapat mengetahui kondisi kesehatan manusia di Indonesia dengan lebih baik, sehingga masalah kesehatan tersebut dapat kita selesaikan secara tepat dan signifikan. Dari hasil penelitian ini nanti kita bisa bekerjasama dengan berbagai institusi seperti Kementerian Kesehatan hingga perusahaan asuransi kesehatan.” jelas Nasir, Jakarta 27/4).
Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio menyampaikan pentingnya pengetahuan mengenai genom, yang memiliki nilai strategis bukan hanya bagi ranah ilmiah namun juga dunia komersil dan keamanan.
“Saat ini sudah banyak laboratorium di luar negeri yang menerima analisis genom, sehingga bila sampel dikirimkan ke sana maka data akan menjadi milik mereka. Data ini dapat digunakan untuk pengembangan obat berdasarkan profil genetik suatu populasi, bahkan bisa juga disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, Indonesia harus mempunyai kemampuan dalam hal kajian genomik secara mandiri,” tegasnya.
Pada acara peresmian tersebut turut hadir Jajaran Deputi dan Peneliti LBM Eijkman, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati serta Pejabat Esselon II di lingkungan Kemristekdikti, dan tamu undangan lainnya.