Categories: NASIONALPOLITIK

Isu SARA diprediksi bakal makin riuh jelang Pilpres 2019

MONITOR, Jakarta – Perhelatan pesta demokrasi di tanah air sering kali dibumbui oleh Isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), tak jarang hal tersebut menjadi formula untuk menjatuhkan atau mendongkrak popularitas pihak tertentu yang dengan sengaja menebar isu demikian dalam kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Founder Alvara Hasanudin Ali saat memaparkan hasil survei  'Mencari pendamping Jokowi, Muslim, Militer, atau Muda yang digelar di Hotel Oria, Thamrin, Jakarta pusat, Jumat (23/2).

Ali mengatakan ada kemungkinan kalau isu Sara kembali dimainkan dalam perhelatan Pilpres karena berkaca pada perhelatan pesta politik tanah air sebelumya. Sehingga menurutnya Isu SARA bisa saja ditebar kembali pada perhelatan pemilu 2019 mendatang.

"Populisme berbasis agama  itu kalau kita lihat tren belakangan ini akan tetap menjadi faktor yang dimainkan oleh pihak – pihak yang ingin memenangkan satu kandidat tertentu," imbuh Ali kepada awak media.

Lebih lanjut, Ali sangat menyangakan hal tersebut , menurutnya banyak konsultan politik yang dengan sengaja menyalahgunakan hasil survei dan menebar SARA untuk memperkeruh hubungan dimasyarakat. Hal tersebut merujuk pada pernyataan Deputi kepresidenan beberapa waktu lalu.

Deputi bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP) Eko Sulistyo sempat mengatakan konsultan politik dapat menciptakan dan berperan penting memantik isu Sara untuk memenangkan pasangan calon tertentu dalam sebuah pagelaran pesta politik.

“isu SARA dalam kampanye sama seperti upaya menghalalkan segala cara agar kandidat bisa menang,” tutur Eko, Rabu (21/2).

Baginya, hal itu menjadi paradoks tersendiri bagi iklim demokrasi yang menjunjung tinggi keadilan, kejujuran dan kesamaan hak bagi para kandidat untuk berkontestasi secara sehat. 

"Cara-cara seperti isu Sara dan hoax itu bisa juga tak lepas dari peran konsultan politik. Ia jadi aktor penting juga menciptakan ini. Jangan sampai dianggap jadi konsultan ujaran kebencian, ya," tukas Eko Rabu (21/2)

Recent Posts

Dissenting Opinion dari Tiga Hakim MK, DPR: Perlunya Perbaikan Kualitas Pemilu dan Pilkada

MONITOR, Jakarta - Anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid menyorti fakta adanya perbedaan pendapat (dissenting…

3 jam yang lalu

Halal Bihalal Dulur Cirebonan, Sejumlah Tokoh Kembali Suarakan Wacana Pembentukan Provinsi

MONITOR, Jakarta - Dulur Cirebonan Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) menggelar acara Silaturahmi dan Halal…

6 jam yang lalu

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Koalisi Indonesia Maju

MONITOR, Jakarta - Narasi kritis yang diangkat oleh koalisi partai politik pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin…

7 jam yang lalu

Fadli Zon: Petani Indonesia Harus Lebih Sejahtera di Tangan Pemimpin Baru

Monitor, Jakarta - Anggota DPR RI Fadli Zon berharap ke depannya pertanian di Indonesia bisa lebih…

8 jam yang lalu

Inisiatif PGN Optimalkan LNG Bantu Kebutuhan Energi Industri Hadapi Risiko Geopolitik

MONITOR, Jakarta - Subholding Gas PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjalankan inisiatif…

10 jam yang lalu

Pertemuan Strategis Indonesia dan Selandia Baru Percepat Protokol Perdagangan Nanas dan Manggis dari Indonesia

MONITOR, Jakarta – Badan Karantina Indonesia dan Ministry for Primary Industries (MPI) Selandia Baru menggelar…

11 jam yang lalu