Categories: EKONOMIENERGI

Energy Watch Desak Pemerintah Terapkan Batas Atas dan Batas Bawah Harga Batubara

MONITOR, Jakarta – Pada Senin (5/2) lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengundang perwakilan PT Adaro Energy, PLN dan Asosiasi Pengusaha Batubara Indoneisa guna membahas penerapan harga khusus batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam negeri.

Pembahasan dalam rapat tersebut berlangsung alot, dimana diketahui APBI secara lantang menolak upaya pengendalian harga batubara menggunakan sekema domestic market obligation (DMO), alhasil rapat pun ditunda hingga Rabu depan.

Menanggapi hal itu, Direktur Energy Wacth Mamit Setiawan mengatakan, antara Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM harus segera mencari jalan tengah terkait pengendalian harga batubara. Mengingat pergerakan harga batubara yang kini naik 60-70 dollar per metric ton berpotensi mencekik PLN yang 59,06 persen pembangkit listriknya menggunakan energi batubara.

"Karena penggunaan batu bara pada pembangkit-pembangkit itu sudah 59,06 persen, yang jelas itu sangat mempengaruhi biaya pokok produksi. Dampaknya adalah kemungkinan terjadinya kenaikan tarif listrik. Dimana batubara saat ini kan menggunakan HBA (harga batubara acuan) internasional, ini jelas memberatkan PLN," ujar Mamit Setiawan saat dihubungi MONITOR, Rabu (7/2).

Menurutnya, opsi yang dapat diambil Kementerian ESDM terkait alotnya penetapan DMO yakni dengan menentukan batas atas dan batas bawah (ceiling and floor price). Hal itu mengingat dalam penetapan harga batu bara terdapat dua kepentingan yang saling berkaitan, yakni kepentingan PLN sebagai satu-satunya penyelenggara listrik negara dan pengusaha batubara yang sama-sama tidak boleh dirugikan.

"Pada saat harga batu bara tinggi, sepeerti saat ini mencapai 60-70 dollar per matric ton. Pemerintah harus mencari jalan tengahnya, berapa sebenarnya harga yang bisa diberikan kepada PLN. Misalnya 50 dollar per metric ton, dimana dari sisi pengusaha mereka tidak merasa dirugikan karena memang tidak terlalu jauh dengan HBA internasional," katanya.

Dengan begitu, lanjut Mamit, PLN dapat memperoleh harga yang lebih murah dari HBA yang saat ini mengalami kenaikan, di sisi lain pengusaha juga tidak mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, sekema batas atas dan batas bawah juga dapat menyelamatkan pengusaha ketika harga batubara mengalami penurunan.

"Harga terendah ini menjadi penyelamat juga bagi pengusaha, ketika harga batubara turun di angka 30 dollar per metrik ton, atau 40 dollar per metric ton, tetap Pemerintah dalam hal ini membeli di angka 50. Atau berapa nilai keekonomiannya," tadasnya.

Recent Posts

Dissenting Opinion dari Tiga Hakim MK, DPR: Perlunya Perbaikan Kualitas Pemilu dan Pilkada

MONITOR, Jakarta - Anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid menyorti fakta adanya perbedaan pendapat (dissenting…

34 menit yang lalu

Halal Bihalal Dulur Cirebonan, Sejumlah Tokoh Kembali Suarakan Wacana Pembentukan Provinsi

MONITOR, Jakarta - Dulur Cirebonan Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) menggelar acara Silaturahmi dan Halal…

4 jam yang lalu

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Koalisi Indonesia Maju

MONITOR, Jakarta - Narasi kritis yang diangkat oleh koalisi partai politik pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin…

5 jam yang lalu

Fadli Zon: Petani Indonesia Harus Lebih Sejahtera di Tangan Pemimpin Baru

Monitor, Jakarta - Anggota DPR RI Fadli Zon berharap ke depannya pertanian di Indonesia bisa lebih…

6 jam yang lalu

Inisiatif PGN Optimalkan LNG Bantu Kebutuhan Energi Industri Hadapi Risiko Geopolitik

MONITOR, Jakarta - Subholding Gas PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjalankan inisiatif…

8 jam yang lalu

Pertemuan Strategis Indonesia dan Selandia Baru Percepat Protokol Perdagangan Nanas dan Manggis dari Indonesia

MONITOR, Jakarta – Badan Karantina Indonesia dan Ministry for Primary Industries (MPI) Selandia Baru menggelar…

9 jam yang lalu