Categories: NASIONALPEMERINTAHAN

Neraca Perdagangan Surplus, Indonesia Tidak Impor Beras Medium

MONITOR, Jakarta – Kebijakan Menteri Pertanian (Kementan), Andi Amran Sulaiman dan Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukito dalam menata perberasan melalui kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) dinilai berdampak terhadap harga pasar.

Kepala Pusat dan Sistem Informasi, Kementan, Suwandi menuturkan, setelah pemberlakuan HET, harga beras premium di ritel dan pasar modern wilayah Jakarta dan sekitarnya turun mencapai 50 persen.

"Harga beras yang semula Rp 22.000 hingga Rp 36.000 per kg, turun menjadi Rp 12.800 per kg," ujarnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (6/10).

“Sebagai pembanding, harga beras di supermarket di Vietnam pada bulan September 2017 beras varietas Nang-Xuan Rp 15.185 perkg, Lai sua Rp 15.318 perkg, Tran chau  Rp 16.916 perkg, Bac Tham Nam Dinh Rp 18.914 perkg, dan  Dac San Thai Duong Rp 16.250 perkg, bila dengan nilai kurs Rp 13.320 per USD,” tutur pria yang juga sebagai Plt. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik itu.

Selanjutnya, kata Suwandi, berdasarkan penelusuran Tim Kementan pada tanggal 1 Oktober 2017 di beberapa supermarket di My Tho City, Provinsi Tien Giang, Vietnam,  harga beras berkisar 11.400 hingga 24.000 Namdong. Harga tersebut setara dengan Rp 6.758 hingga 14.227 per kg.  

“Dengan fakta ini terlihat harga beras di Vietnam tidak jauh berbeda dengan Indonesia,” sebutnya.

Untuk diketahui, stok beras BULOG saat ini mencapai 1,53 juta ton. Suwandi menilai stok tersebut aman untuk memenuhi kebutuhan beras hingga tujuh bulan ke depan yaitu April 2018 dan pada Februari-April 2018 akan panen raya padi. Sejak tahun 2016 Indonesia sudah swasembada beras karena konsumsi beras sudah dipenuhi dari produksi dalam negeri.  

“Indonesia sejak Januari tahun 2016 hingga awal Oktober 2017 ini tidak mengeluarkan rekomendasi impor maupun ijin impor beras medium,” tuturnya.

Suwandi pun menegaskan berdasarkan data BPS Januari hingga Agustus 2017, Indonesia impor beras 191 ribu ton.  Ini bukan impor beras medium, tetapi beras pecah 100% (menir) sebesar 188 ribu ton dan sisanya berupa benih dan beras khusus.

“Beras khusus yang tidak tidak diproduksi di dalam negeri seperti: Thai Hom Mali, Thai Jasmine Rice, Parboiled Rice, Basmati, dibutuhkan untuk restoran asing yang ada di Indonesia,” tegasnya.

“Ekspor-impor jenis beras khusus ini wajar dalam perdagangan dunia karena tidak diproduksi di dalam negeri. Indonesia  juga sudah ekspor beras merah, beras hitam, beras organik dan lainnya,” imbuh Suwandi.

Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan komoditas pertanian Januari hingga Agustus 2017 surplus USD 10,98 miliar.  Surplus ini diperoleh dari ekspor sebesar USD 22,18 miliar dikurangi impor sebesar USD 11,20 miliar.  Surplus neraca perdagangan ini naik 101 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2016 surplus USD 5,46 miliar. Kontribusi terbesar  surplus dari ekspor sawit dan karet, serta sebagian berasal dari penurunan impor pangan dan ada kenaikan ekspor pangan.

Recent Posts

Stafsus Menag Dorong Guru PAI Punya Cara Ajar Tepat untuk 43 Juta Siswa di Indonesia

MONITOR, Jakarta - Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) punya tanggung jawab penting. Yaitu, memberikan pemahaman…

2 jam yang lalu

Petugas Berjaga 24 Jam di Nabawi, Siap Bantu Jemaah Haji

MONITOR, Jakarta - Petugas haji Indonesia selalu siaga selama 24 jam di pelataran dan setiap…

3 jam yang lalu

Study Tour Pelajar Dilarang, Hetifah: Kebijakannya Mohon Ditinjau Kembali

MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian memberikan tanggapan kritis terhadap kebijakan…

8 jam yang lalu

Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

MONITOR, Jakarta – Sepanjang 2023, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berhasil mempertahankan posisinya sebagai penghasil minyak…

10 jam yang lalu

PPIH Arab Saudi Daker Makkah Siap Sambut Kedatangan Jemaah dari Madinah

MONITOR, Jakarta - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah siap…

11 jam yang lalu

Penilaian Lahan UIII Kembali Digelar, Kali ini Menyasar 236 Bidang

MONITOR, Depok - Tim Terpadu Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan (PDSK) Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Universitas…

13 jam yang lalu