Jumat, 19 April, 2024

Kemendag Sinergikan UMKM dan Ritel Modern di Makassar

MONITOR, Jakarta – Kementerian Perdagangan mensinergikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan ritel modern dalam jaringan pemasaran. Produk UMKM diseleksi mutunya dan selanjutnya akan dipasarkan di seluruh jejaring ritel modern di Indonesia.

"Kemendag secara continue berupaya melakukan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang bertujuan untuk meningkatkan akses pasar produk UMKM, melalui fasilitasi pertemuan UMKM dengan ritel modern, toko-toko swalayan dan pusat toko oleh-oleh," tegas Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri (P3DN) Kemendag, Luther Palimbong.

Direktorat P3DN menyelenggarakan Program Temu Usaha antara UMKM dengan ritel modern di Makassar Sulawesi Selatan selama dua hari mulai tanggal 7-8 September 2017. Dalam pertemuan ini hadir tak kurang dari seratusan UMKM dan para pelaku usaha ritel modern seperti Hypermart, Transmart, Alfamart, Indomaret, Lotte Mart, Giant, Toko Cahaya, Toko Unggul, dan Toko Ujung.

"Harapannya nanti akan tercipta kemitraan usaha yang saling menguntungkan sehingga UMKM bisa menjadi pemasok di jaringan pemasaran/distribusi ritel modern, toko swalayan maupun pusat oleh-oleh," tutur Luther.

- Advertisement -

Dalam acara ini, para peserta akan diberi pemahaman mengenai pemasaran melalui pola kemitraan beserta ketentuan/persyaratannya serta dukungan lembaga pembiayaan bagi pengembangan usaha. Selanjutnya pada sesi penilaian, peserta diminta untuk menggelar produk unggulan masing-masing di hadapan para merchandiser/assesor dari ritel modern antara lain Hypermart, Transmart, Alfamart, Indomaret, Lotte Mart, Giant, Toko Cahaya, Toko Unggul, dan Toko Ujung.

"Jadi manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya pertemuan ini agar produk UMKM dapat dipasarkan melalui jaringan pemasaran ritel modern, toko swalayan ataupun pusat/toko oleh-oleh," kata Luther tegas.

Selain dapat meningkatkan akses pemasaran bagi produk UMKM, program ini akan memberikan pemahaman bagi masyarakat bahwa produk UMKM Indonesia memiliki daya saing dan tidak kalah jika disandingkan dengan produk pabrikan yang sejenis. "Dengan demikian, kecintaan dan kebanggaan terhadap produk dalam negeri dapat semakin meningkat," ujarnya.

Dalam UU No 7 tentang Perdagangan, Pemerintah diberi amanah untuk memberikan dukungan dalam peningkatan daya saing dan kemudahan akses pasar bagi produk UMKM. Kewajiban ini juga diamanhkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 54 tahun 2017, serta Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 47 tahun 2016 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.

Dalam kesempatan itu Luther menyatakan, kemitraan dengan UMKM, ritel modern diwajibkan (a) menyediakan minimal 80 persen produk dalam negeri dari total produk yang dijual di tiap-tiap gerai, (b) Menyediakan ruang usaha yang memadai untuk produk dalam negeri, (c) memasarkan barang produksi UMKM yang dikemas atau dikemas ulang (repackaging) dengan merek pemilik barang, toko modern ataupun merek lain yang disepakati dalam rangka meningkatkan nilai jual barang atau (d) memasarkan produk hasil UMKM melalui etalase atau outlet yang disediakan oleh ritel modern.

Kementerian Perdagangan berkomitmen membina dan mengembangkan UMKM Indonesia yaitu dengan meningkatkan kompetensi dan kapasitas daya saing UMKM agar lebih berdaya saing dalam menghadapi persaingan usaha, baik di pasar domestik maupun global.

Prospek Merambah Pasar Global

Dalam kesempatan ini, Luther melihat prospek ritel modern di sejumlah negara sangat terbuka. Perkembangan jaringan Ritel Modern Indonesia untuk merambah ke pasar internasional (go international) cukup menggembirakan. Terbukti, di tengah ketatnya persaingan dengan beberapa convenience stores
lainnya, waralaba ritel modern Alfamart terus melakukan ekspansi ke Filipina dan mendapatkan sambutan yang cukup bagus dari masyarakat Filipina. Saat ini Alfamart telah memiliki ± 151 gerai di Filipina dan akan terus berekspansi.

"Peluang ini harus dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk bisa masuk ke jaringan ritel modern tersebut sehingga dapat meningkatkan peluang pemasaran produknya baik di dalam negeri bahkan hingga ke luar negeri melalui jaringan distribusi toko/ritel tersebut," pinta Luther.

Dengan skor 55,9 dari skor tertinggi 100, Global Retail Development Index (GRDI) tahun 2017 menempatkan pasar ritel Indonesia berada di posisi 8 dari 30 negara berkembang di dunia. Meskipun turun dari tahun sebelumnya, yang berada di urutan 5, Indonesia tetap menjadi target bagi para peritel global.

Tak hanya itu, Soo Ghee Chua dari Partner and Head Southeast Asia A.T Kearney mengatakan bahwa Indonesia sudah lama menjadi incaran peritel asing. Dengan dilonggarkannya Daftar Negatif Investasi (DNI), peluang bagi investor luar negeri untuk masuk ke pasar ritel domestik, baik pasar swalayan ataupun
e-commerce semakin terbuka.

"Hal ini mengindikasikan bahwa di tengah daya beli masyarakat yang mengalami kelesuan, pasar ritel Indonesia tetap menarik bagi para peritel global dan ini dibuktikan dengan banyaknya peritel internasional yang masuk,” papar Luther.

Sebagai buktinya, beberapa waktu yang lalu peritel dari Uni Emirat Arab, Lulu Hypermarket & Dept Store, telah membuka gerai yang pertamanya di Banten. Hingga tahun 2018, Lulu Hypermarket menargetkan akan membuka hingga lima toko/gerai. Sebelumnya, IKEA (Swedia), Courts Asia (Singapura), Parkson Group (Malaysia), dan Central Department Store (Thailand) telah lebih dahulu memasuki pasar Indonesia.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER