Sabtu, 27 April, 2024

Stella Dia Tatung Ajak Masyarakat Jiwai Sejarah Hari Ibu

MONITOR, Lahat – Peringatan Hari Ibu yang jatuh pada Sabtu (22/12/2018) kemarin kerap diungkapkan setiap orang sebagai ajang kasih sayang kepada sang ibu. Namun jika melihat konteks sejarahnya, Hari Ibu di Indonesia memiliki makna yang lebih luas lagi, yakni perjuangan emansipasi kaum perempuan.

Demikian dikatakan Stella Dia Tatung, Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Tokoh yang juga fokus pada pembangunan perempuan Sumsel ini mengatakan, masyarakat perlu menjiwai sejarah tersebut, khususnya kaum perempuan.

“Tak sekedar mothers day seperti di negara-negara lain, Hari Ibu di Indonesia punya nilai perjuangan perempuan untuk turut diakui keberadaannya di ruang publik. Perempuan dari berbagai organisasi berkumpul menyatukan visinya dalam Kongres Perempuan Indonesia I,” ungkap Stella saat dihubungi, Minggu (23/12/2018).

Stella menambahkan, banyaknya tokoh perempuan Indonesia yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan, harus dipahami oleh kaum perempuan saat ini untuk turut serta dalam pembangunan bangsa. Ia pun mengajak perempuan Sumsel untuk menghayati sejarah panjang tersebut dalam memperingati Hari Ibu.

- Advertisement -

“Ada Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Martha Christina Tiahahu, RA Kartini, Rasuna Said, bahkan Laksamana Malahayati adalah panglima laut wanita pertama di dunia asal Aceh. Ini yang harus dijiwai kaum perempuan untuk turut serta aktif berkontribusi dalam masyarakat,” pungkas Caleg dari PDIP tersebut.

Kongres Perempuan Indonesia III yang berlangsung pada 22-27 Juli 1938 di Bandung, menetapkan Hari Ibu diperingati tiap 22 Desember. Pemilihan tanggal itu merujuk pada dimulainya Kongres Perempuan Indonesia I, yakni 22 Desember 1928.

Peringatan Hari Ibu pun resmi ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER