Jumat, 29 Maret, 2024

SMRC: 43 Persen Masyarakat Indonesia Takut Bicara Politik Pasca Rusuh 22 Mei

MONITOR, Jakarta – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis sebanyak 43 persen rakyat Indonesia takut berbicara politik usai peristiwa kerusuhan 21-22 Mei 2019.

Hal tersebut diutarakan oleh kata Direktur Program SMRC, Sirojudin Abbas saat menggelar diskusi hasil survei nasional bertajuk ‘kondisi Demokrasi dan Ekonomi Politik Nasional pasca peristiwa 21-22 Mei di kantor SMRC Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (16/6).

“Pertanyaannya apakah masyarakat sekarang takut berbicara politik. Saat ini, ada peningkatan, itu menyebabkan publik takut untuk berbicara politik,” ujar.

Menurut Abas, tren tersebut sudah berlangsung sejak 2009 lalu. Dimana pada era Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mencapai 16 persen masyarakat takut berbicara politik.

- Advertisement -

Selanjutnya, di tahun 2014 pada pimpinan Presiden Jokowi ada sebanyak 17 persen rakyat Indonesia takut untuk berkomentar mengenai politik.

“Ini perlu kita catat bahwa saat ini ada tren kenaikan perasaan takut di masyarakat untuk berbicara politik. Ada penurunan kualitas,” tuturnya.

Namun saat ini, Abas mengungkap, mayoritas warga Indonesia tak pernah merasa takut berbicara politik. Dalam temuannya, 35 persen masyarakat Indonesia masih sering bicara politik.

“Jarang bicara politik 25 persen, tidak Pernah bicara politik 26 persen, selalu bicara politik 8 persen, tidak menjawab 7 persen,”pungkasnya.

Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan 1220 responden. Namun responden yang dapat diwawancarai secara valid 1078 atau 88 persen. Margin of error kurang lebih 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka.

Survei dilakukan pada warga yang berusia 17 tahun atau lebih atau yang sudah menikah dalam rentang waktu 20 Mei-1 Juni 2019.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER