MONITOR, Jakarta – Kondisi defisit terhadap neraca perdagangan pada April 2019 kemarin tidak terlepas dari upaya menurunkan ekspor migas yang turun mencapai 37 persen jika dibandingkan pada 2018 lalu.
Hal itu disampaikan Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet), di Jakarta, Selasa (28/5).
“Yang dikarenakan, salah satunya disebabkan hasil eksplorasi minyak yang dilakukan Pertamina di luar negeri dan dibawa ke dalam negeri tercatat sebagai barang impor,” kata dia.
Untuk itu, sambung dia, meminta agar Pertamina mengoptimalkan terlebih dahulu penyerapan minyak mentah dari dalam negeri yang seharusnya diperuntukan sebagai keperluan ekspor, yang dikelola di kilang minyak dalam negeri, sebagai salah satu upaya untuk menurunkan nilai impor migas.
“Mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk memperhatikan dampak nilai ekspor migas dalam menekan defisit neraca perdagangan,” ujar dia.
Selain itu, politikus Golkar ini juga meminta agar Pertamina rutin mencatat hasil investigasi terkait pendapatan primer pada neraca pendapatan primer badan usaha milik negara yang berada di luar negeri tersebut.
“Hal itu agar dapat mengurangi jumlah defisit pada neraca pendapatan primer yang selama ini mengalami defisit dengan jumlah yang cukup besar,” paparnya.
Bamsoet juga meminta supaya PT. Pertamina untuk dapat memproduksi avtur dan solar dari minyak mentah yang diproduksi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“Sehingga dapat mengurangi jumlah impor pada dua bahan bakar tersebut, mengingat pemerintah berencana mengurangi impor avtur dan solar pada Juni 2019,” pungkas Bamsoet.